Jumat, 31 Januari 2014

Perempuan perempuanku

Perempuan itu mulia. Kemuliaannya sangat diagungkan bahkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad sendiri. Beliau berjuang untuk mengangkat martabat kaum perempuan, memuliakannya.
-----------------

Langit tampak bergelayut keabu-abuan. angin bertiup seakan-akan membawa air namun tidak. Hujan tidak jadi, hanya sebuah spray air yang menerpa wajah. Mendung. Padahal tadi malam sempat turun hujan, Hari masih pagi, aku beringsut ke warung mbok Djum untuk sarapan. Secangkir kopi terhidang terlebih dahulu meski tanpa dipesan. Mbok Djum sudah tahu kebiasaaanku.
Kondisi sering hujan dan mendung seperti ini bagi sebagian orang memang merepotkan. Apalagi orang-orang yang mengurus rumah. Cucian menumpuk, sedangkan jemuran belum ada yang kering. Namun hebatnya, orang rumah terutama para perempuan itu tidak pernah sekalipun meninggalkan kegiatan sehari-harinya itu.

Senin, 27 Januari 2014

Tugas kita

Media sosial bergerak sangat cepat, deras. Informasi apapun tersebar dengan cepat melalui fesbuk, twitter, path, istagram, bahkan aplikasi bbm, line, what's up, viper, dijadikan sebagai sumber berita. Maka bijaklah dalam menerima sebuah berita, dipelajari dulu ada apa.
Kecenderungannya adalah, pembaca lebih menyukai berita buruk ketimbang berita baik. untuk hal-hal yang sepele seperti misalnya, masjid terbang pasti akan sering muncul daripada masjid penuh jamaah. jalan macet sering muncul daripada jalan lancar. Hingga ke masalah-masalah yang sangat pelik. Bad news is News, Good news aren't sellable.

Banjir yang sekarang menjadi tren. Maka kita sibuk meributkan bendera bantuan daripada jumlah dan bentuk bantuan itu sendiri. Padahal di kamp pengungsian itu sudah tidak terpikirkan lagi ada benderanya apa tidak, yang penting kamu mau membantu, mau ngasih, gak perduli benderanya apa. Data di kamp pengungsian adalah jumlah dan bentuk bantuan, akan bertahan untuk sekian hari. Jumlah korban sekian, dapur umum sekian, kebutuhan bahan makanan sekian setiap hari. Orang-orang diluar banjir akan sibuk berpolemik bendera, tidak berusaha menggali lebih dalam data-data yang sudah diterima, yang sudah terkumpul dan yang masih dibutuhkan. Miris.

Sabtu, 25 Januari 2014

Merindumu hari Sabtu

Bukankah ini sudah menginjak sabtu, bahkan terhitung akhir bulan. Harusnya sih engkau segera menghubungiku. Tapi sekarang sudah jam segini, belum ada telepon atau pesan atau apalah membuat aku tenang.
Seperti sabtu-sabtu sebelumnya, biasanya engkau sudah aktif berbicara melalui telepon, bercerita tentang kegiatanmu. Aku pikir, hari sabtu adalah hari bebas bagimu, karena tidak banyak yang dikerjakan. Aku juga tidak ada kelas yang harus dihadiri. Kita biasanya ngobrol meskipun terbentang jarak.
Teringat sebuah janjimu dua minggu yang lalu, akhir bulan engkau akan menemuiku. Dan aku tahu bahwa hari yang mungkin adalah hari sabtu, tidak ada hari yang lain. Maka Akhir bulan itu adalah hari ini. Hari sabtu di minggu terakhir, sabtu depan sudah masuk ke awal bulan berikutnya.

Ah Engkau, Perempuan Desir Angin, Mengapa tidak sedikitpun kabar darimu hari ini. Aku tidak berani untuk memulai menghubungimu. Takut mengganggu aktifitasmu. Aku masih menunggumu, telepon, pesan atau apalah yang bisa memberitahuku. Atau bahkan kabar kamu sedang dalam perjalanan ke tempatku. Aku pikir, jarak Surabaya ke sini cukup 2 jam. Dan itu akan banyak waktu untuk sekedar memberikan pesan kepadaku. Apakah kamu sesibuk itu di hari sabtu, atau sedang dalam perjalanan menemuiku saat ini.

 Aku ingin sekali mendengar suaramu saat ini, aku ingin bertemu engkau saat ini seperti janjimu.
 Tahukah engkau wahai Perempuan Desir Angin, sekarang aku sangat merindukanmu,    ....  sangat  ...

  Sabtu merindu