Jumat, 27 Maret 2015

Menoleh ke belakang

Sederhananya, kegiatan apa yang membuat kita untuk menoleh ke belakang? Yup, sudah pasti saat nyetir di jalan raya. Mungkin ada yang jawab "pas dipanggil dari belakang". Ayo, apa lagi? Ternyata tidak banyak kegiatan yang membutuhkan menoleh ke belakang. Atau ada lagi kegiatan yang menyebabkan harus menoleh ke belakang? Coba sebutkan

Ketika di jalan raya, memastikan bahwa kondisi di belakang aman untuk hal-hal yang akan dilakukan dalam beberapa waktu ke depan. Apakah itu mau belok ke kiri, belok ke kanan, mau ngebut atau bahkan mau ngerem mendadak. Dengan informasi pandangan tersebut, dipakai sebagai bahan pertimbangan agar tidak membahayakan kondisi yang di belakang.

Selasa, 17 Maret 2015

Tidak boleh bicara

Saya ditanya oleh anak SD. Sewaktu makan tidak boleh ...

Mungkin kita yang berpikir realistis akan menemukan banyak jawaban.
tidak boleh pakai sepatu misalnya, makan ya pakai sendok, tangan atau sumpit. Gimana caranya makan pakai sepatu?
Atau jawaban lain, tidak boleh berlari-larian. Yang pernah merasa masih kecil atau sedang punya anak kecil biasanya jawaban ini masuk akal. Ketika belum sekolah, makannya masih lari-larian, ketika sudah masuk cara makannya sudah berubah. Makan dengan duduk manis, tidak lari-larian. Cocok dengan kehidupan sehari-hari.

Tapi secara umum, jawabannya yang benar adalah tidak boleh berbicara atau bercakap-cakap.

Nah loo

Rabu, 11 Maret 2015

Materai

saya tidak mau ngaku dulu dengan apa yang sedang saya kerjakan saat ini. Biar kalian menebaknya sendiri, semoga saja benar. Gampang kok.

Bagaimana kondisi pekerjaanmu?
Dibilang susah ya enggak juga, dibilang mudah kok mumet.
Pertanyaan dan jawaban sama-sama klise, gak jelas. Setiap hari mengurusi angka yang tiada habisnya. Hanya sedikit sekali huruf-huruf yang bisa terbaca. Dari puluhan file yang terbuka di monitor, file yang berisi bacaan hanya 2 atau 3 file saja, MS word dan MS power point. Sisanya MS Excel dari berbagai sumber yang harus diolah sedemikian rupa agar tidak memusingkan orang.

Senin, 09 Maret 2015

Insya Allah

Saya tak hendak memperdebatkan penulisan Insya Allah atau Insha Allah, apakah sholat syolat atau salat, bahkan Syahadat pun demikian. Biarlah mereka yang ahli bahasa yang membahasnya. Saya terima matengnya saja. Sampai saat ini belum ada kesepakatan kan ?!

Pernah terima janji? Atau bahkan malah pembuat janji? Dijawab dengan Insya Allah?
Saya punya 2 illustrasi berikut :
A. Hari minggu besok saya libur. Tidak ada kegiatan yang dilakukan seharian. Paling hanya cuci baju dan menjemur, itu bisa dilakukan paling lama 1 jam. Eh besok acaranya apa? Training teknik ekspor untuk UKM jam 11. Insya Allah saya datang.
B. Hari minggu besok saya libur. Pagi jam 7 sudah harus sudah bersiap mengantarkan ibu ke pasar. Setelah itu ambil beras di Jatinegara sambil cari informasi harga karpet. Setelah itu harus jemput adik di tempat lesnya jam berapapun.
Eh besok acaranya apa? Training teknik ekspor untuk UKM jam 11. Insya Allah saya datang.

Kira-kira, kondisi yang mana, saya, anda kita, semua, sering bilang Insya Allah?

Kamis, 05 Maret 2015

Kemalasan

Saya benar-benar malas hari ini. Kemalasan sudah merasuki diri saya sejak pagi. Mau melakukan apapun kok rasanya jadi berat. Mau kerja malas, mau beranjak malas, mau mikir malas. Haduuuhh padahal hari ini masih hari kamis, masih menunggu sekitar 25 hari lagi untuk ketemu akhir bulan dan gajian lagi. Lhaa ternyata penyakitnya sudah ketahuan. Malas karena penyakit randedit (maaf, istilah barusan hanya orang jawa saja yang tahu).

Apaa ..?!! Sekarang masih tanggal 5? Saya gak habis pikir. Muter kemana saja sih yang saya pegang kemarin, halah.
Saya sarapan di warung Mbok Djum dengan membawa kemalasan sedang menyerang, tidak bersemangat untuk kerja. Mau enaknya saja gak mau berusaha untuk mendapatkannya.

"Mbok, gimana caranya menghindari kemalasan?"

Senin, 02 Maret 2015

Spontan, keras dan panjang

Begal motor marak lagi, semua orang jadi khawatir, termasuk saya. Sehari-harinya menggunakan motor untuk pergi pulang bekerja. Kalau agak malam sedikit sudah ketar-ketir bagaimana nasib di jalan.

Tidak jarang saya pulang di atas jam sebelas malam. jalur yang saya lewati ternyata rentan dengan kejahatan. Beberapa waktu ketika saya melewati jalur tersebut, nampak sepi. Kalau cuman ketemu sama hantu saya gak takut. Kalau ketemu sama garong dan begal, itulah yang merisaukan saya. Saya mengucapkan kalimat tersebut dengan nada serius, namun teman-teman malah tertawa. Pernyataan saya gak ada lucu-lucunya, teman-teman malah ngakak keras.