Jumat, 25 Maret 2016

Perilaku Konsumen

Perilaku anda sebagai konsumen sangatlah wajar. Sudah pasti akan memilih harga paling murah jika parameter-parameter yang dibutuhkan sama persis. Sebagaimana ibu-ibu beli cabe di pasar, cabenya warna merah, segar, mengkilat, tidak ada yang busuk. Dari semua kriteria tersebut barulah diputuskan cari harga yang paling murah dari semua penjual yang ada.
Keputusan membeli atau tidak oleh konsumen dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Dengan harga sekian dirasa wajar, dengan harga lebih tinggi pasti ada yang ditawarkan lebih, dengan harga lebih rendah pasti ada parameter yang turun dari permintaan. Secara logika, sangat tidak mungkin seseorang menjual barang yang bagus dengan harga yang jauh di bawah harga pasar. Tidak mungkin seorang penjual menawarkan harga separuh dari harga penjual sebelahnya. kalaupun ada, bisa jadi barangnya adalah barang curian.
Sebagai konsumen secara alami akan memilih harga yang lebih murah, namun begitu tingkat kewajaran juga berpengaruh atas keputusan pembelian.

Rabu, 02 Maret 2016

Teman rusak

Kali ini saya akan cerita. Yang tidak setuju dengan pandangan saya monggo saja.

Dulu, waktu saya (pernah merasakan masih) muda, bergaul dan berkumpul dengan berbagai macam orang dari orang alim hingga orang rusak. Kumpulan saya dengan orang alim tidak usah diceritakan, nanti saya mendadak jadi ustad atau kiai. Kali ini saya cerita tentang teman-teman saya yang rusak saja.

Sebut saja dia namanya Tejo. Saya kenal dia karena satu kampung dan sering ketemu. Orangnya sangat supel sekali, mudah bergaul. Dalam kumpulan remaja dan pemuda, jika Tejo belum hadir suasana serasa kurang. Tejo yang selalu membawa guyonan segar, joke yang tidak menyinggung pribadi sehingga suasana menjadi cair dan semua orang yang ada selalu tertawa keras, ngakak.
Sayangnya, dia juga bergaul dengan teman-teman yang lain yang suka mabuk. Tiap minggu kumpulannya dengan pemabuk. Kalau urusan mabuk langsung maju jadi bandar, jadi orang yang bagi-bagiin takaran. Jaman dulu orang mabuk itu dimusuhi masyarakat, atau sebaliknya, orang mabuk selalu memusuhi orang-orang normal. Jaman dulu mabuknya gak elit, cafe belum ada, diskotik mbayarnya mahal. Maka sasaran tempat-tempat sembarang. Bikin rusuh di pos, di pinggir kampung, di jembatan atau tempat-tempat yang menjadi area kekuasaan untuk mabuk. Orang kampung sudah sering menghalau Tejo dan teman-temannya ini, tapi yang namanya orang bandel ya lama-lama orang kampung jadi maklum. Yang penting gak bikin onar.