Senin, 28 September 2015

Kopi Pahit

Sebuah kedai anyaman bambu, tempat makannya boleh memilih. Duduk menghadap etalase lauk-pauk di dalam kaca touch screen atau makan lesehan. Lebih mirip dibilang warung daripada cafe. Makanan ala warteg namun juga menyediakan makanan ala kos-kosan semacam indomitelor roti dan pisang bakar atau sejenisnya. Angin semilir lebih memihak pada orang-orang yang duduk lesehan daripada duduk di depan meja.
Entahlah apa yang ada di pikiranku saat ini. Terlintas untuk mengajak Perempuan Desir Angin masuk ke kedai tersebut. Aku menuju tempat lesehan saja, mungkin karena lebih longgar dan suasana lebih privat.
Raut wajahnya masih terlihat sedih, pikirannya masih kalut dengan Ray. Apa yang dirasakannya semua pahit. Aku berusaha menghibur. Ada seulas senyum manis. Aahh bahagianya bisa melihat wajah cantikmu tersenyum dikulum, dihadapanku.