Kamis, 25 September 2014

Kesempatan

Siang itu tampak ramai. Warung ini dipadati oleh karyawan pabrik yang sedang kelaparan. Maklum, mereka ingin sedikit memanjakan perutnya dengan membeli makanan "enak". Definisi enak disini adalah yang relatif lebih daripada makanan yang disediakan oleh pabrik. Enak di sini artinya adalah bisa nambah lauk apa saja yang diinginkan.

Dengan wajah yang sedikit dipaksakan, seorang teman mendekati saya yang sedang makan. Ada semacam kesepian di raut wajahnya yang disembunyikan di ulasan senyumnya. Ternyata keramaian warung ini tak selalu menyediakan keramaian di hatinya. Saya hanya pura-pura tidak tahu saja.

Seperti biasanya saling menyapa "Makan apa hari ini mas?"


"Nganu, tumben-tumbenan nih saya makan nasi dicampur kangkung."
Saya sengaja tidak menjawab biasa. Jawaban saya harus luwar biyasa agar obrolan terus berlanjut.

Selasa, 16 September 2014

PowerAnger

Mungkin menurut kita, seorang yang sering marah-marah di pabrik adalah orang yang menjengkelkan dan harus dihindari sejauh mungkin. Ada kesalahan sedikit, marah. Ada laporan kurang, langsung komplain. Ada kerjaan yang gak beres, hajar. Pokoknya semua hal yang gak sesuai dengan dia, langsung disikat tanpa ampun.
Bisa jadi seseorang itu adalah rekan kerja kita sendiri, atau bahkan atasan kita sendiri.

Maka semua hal yang berhubungan dengan dia, sebisa mungkin dikerjakan dengan sebaik-baiknya, dengan sebenar-benarnya. Begitu dibawa menghadap kepadanya, harus siap mental akan mendapatkan langit runtuh, hujan komplain, kurang ina inu, pokoknya marah. Gak ada hal yang lolos dari dia, pokoknya marah dulu baru kemudian didiskusikan apa maunya.

Pernahkah terpikir, bahwa rekan kerja atau atasan yang sering marah-marah itu kok dipertahankan oleh pabrik? Kenapa dia masih saja ada di pabrik. Padahal orang seperti itu bisanya hanya membuat stress yang lain saja, membuat orang jadi gak betah dengan kerjaannya masing-masing.

Selasa, 09 September 2014

Mentok

Pekerjaan yang diberikan kepada kita, sebisa mungkin diselesaikan dengan baik. Sukur-sukur tepat waktu atau lebih cepat sehingga masih ada kesempatan untuk didiskusikan lebih lanjut. Pekerjaan yang kita selesaikan itu seringkali digunakan sebagai data / acuan untuk laporan berikutnya. Seneng dong pas ketika laporan kita dipakai, digunakan dan diimplementasikan.

Nah, pekerjaan itu kan tidak selamanya mulus. Ada tingkat kesulitan masing-masing yang sebenernya tidak diketahui oleh bos. Bos tahunya beres. Beruntunglah jika rekan-rekan mempunyai bos yang bisa diajak berdiskusi tentang tugas yang diberikan. Namun seringnya yang saya temukan adalah, bos memberikan perintah dan deadline, dengan tambahan kata "pokoknya".

Maka tidak jarang saya temukan rekan-rekan yang ketika mengerjakan tugasnya mentok di tengah jalan. Tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Struktur program PLC nya error, data reject tidak logis, laporan presentasinya kosong, rumusan perhitungan hasil produksi tidak match, kehilangan kata-kata untuk dituliskan dalam laporan. Masalahnya ini kan pekerjaan sudah di tengah jalan, si bos sedang menunggu laporannya. Bisa dibayangkan bagaimana reaksi bos ketika mendapatkan laporan "Nganu pak, saya stuck nggak bisa mikir lagi." Apa ndak digoreng ...

Selasa, 02 September 2014

Introspeksi

Mendapati orang yang melakukan sebuah kesalahan, seseorang dapat dengan mudah mengatakan tentang introspeksi. Apalagi kalau seorang atasan sedang menghukum anak buahnya. Dengan mudahnya dia menyuruh untuk melakukan introspeksi diri. Bahwa ternyata kalian itu salah, kalian itu sedang melakukan kesalahan.

"Harusnya kalian malu dengan kesalahan ini. Coba introspeksi diri apa kesalahan kalian. Masak gitu aja gak tahu."

Terkadang perintah tersebut adalah sebuah alat untuk lepas tanggung jawab. Hanya menyalahkan saja. Memastikan bahwa ini adalah salah kamu. Setelah menyuruh anak buahnya introspeksi diri, kemudian dia melenggang bebas seperti tidak terjadi apa-apa.