Jumat, 16 Januari 2015

Seikat rambutan


Gambar dicomot semena-mena tanpa izin dari Antaranews

Sudah musim rambutan rupanya. Musim penghujan mengantarkan pohon rambutan mengeluarkan buahnya. Biasanya sih serentak di berbagai tempat. Tinggal menunggu waktunya saja. Jika harga masih tinggi artinya memang belum banyak yang matang, jika harga sudah turun artinya sudah banyak rambutan di pasar yang ingin segera terjual.
Pernahkah beli rambutan? Pernahkah anda membeli rambutan dalam bentuk ikatan? Sepuluh ribu dapat 3 ikat begitu? Pasti pernah kan. Di pinggir jalan sering dijumpai sepeda-sepeda dengan keranjang di boncengannya membawa setumpuk rambutan ikat.

Pernahkah iseng membuka ikatannya? mengurai ranting-rantingnya? Saya pernah dan menemukan hal yang di luar dugaan.


Ternyata daun yang tertempel itu tidak bersambung dengan tangkai rambutan.

Halah gitu aja kok jadi penting, diposting pulak!

Bagi saya, ini jadi semacam interospeksi diri. Saya beli rambutan, maka tujuan saya dalah mendapatkan rambutan. saya membeli rambutan yang masih menempel di tangkainya dengan maksud agar bisa bertahan untuk 1 hingga 2 hari, agar tidak cepat kering. Kalau ada daunnya yang masih menempel di tangkai, secara logika ilmu biologi akan menambah umur rambutan. Karena daun dan tangkai akan mempertahankan kesegaran buah yang sudah muncul.

Lho, kok daunnya terpisah? Wah ini berarti pekerjaan yang sia-sia. Padahal saya tidak membutuhkan daun. Saya beli rambutan dengan tangkainya tanpa daun pun tidak masalah. Penjual mencarikan daun-daun potongan dengan maksud agar telihat lebih segar. Bahwa buah ini dipetik masih segar lho. Tuh lihat daunnya masih hijau segar. Dan saya tidak butuh daun, dan ternyata daunnya prothol pula.
Yang saya takutkan adalah orang butuhnya apa, saya sibuk di lain tempat. Orang lain butuh laporan yang lengkap dengan cara yang sederhana namun saya sibuk mencari daun rambutan dan mengikatnya dengan hati-hati agar tidak ketahuan kalau daun itu tidak bersambung dengan tangkainya. Saya sibuk memoles laporan agar terlihat menarik, sedangkan isi laporannya malah tidak menjelaskan apa-apa.
Bukan hanya rambutan dan laporan saja yang saya risaukan. Di berbagai kegiatan yang saya lakukan, saya asik sibuk dengan hal yang tidak penting, yang tidak dibutuhkan. Melupakan inti dari kegiatan yang seharusnya lebih diperbaiki.

15 komentar:

  1. Sejak nikah ga pernah beli rambutan Bang. Yang tumbuh di rumah mertua selalu berbuah lebat dan manis. Ihik. Jatohnya gak jujur kan jualan dengan cara begitu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya bingung kalau dibilang tidak jujur di bagian mananya, apanya. Tapi daun yang tidak bersambung dengan tangkainya itu di luar ekspektasi saya, di luar harapan saya. Ternyata saya merasa dibohongi, tapi belum tentu penjualnya tidak jujur. Mbulet kan

      Hapus
  2. Pak.. Ini sering aku liat di jualan buah angur.. Memang kalau di lihat adanya daun terlihat lbh menarik dan fresh.. Haha. Padahal ya kalau tanpa itu daun asal manis buahnya is ok lah ya :D seperti halnya laporan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar Ade, kita beli buahnya bukan beli daunnya. seperti halnya laporan, kita harus memperbaiki laporan agar bisa menjelaskan tanpa perlu pertanyaan. Bukan memperindah dengan aksesori yang tidak penting.

      Hapus
  3. Saya kalau beli tinggal beli aja Mas, ga sampai sejeli Mas Mandor.
    Asal manis dan syukur harganya murah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya yang penting manis dan murah. Yang lain hanya aksesori saja

      Hapus
  4. Termasuk manipulasi ya peletakan daunnya aja gitu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau saya bertindak sebagai konsumen, karena ekspektasi saya sangat tinggi, ini termasuk manipulasi. Kalau dilihat dari sisi penjual, bisa saja itu hanya pemanis ikatan saja. Mbulet tho

      Hapus
  5. Kalok ada daonnya keliatan seger.. Tapi daonnya kan ngga bisa dimakan. Jadi ya percuma aja :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya kan beli rambutan, bukan beli daun kan ...

      Hapus
  6. Hahaha ...
    Ya saya pun pernah melihat ...rumpun daun diikat-ikat dijalin ...seolah menyatu dengan tangkai dan rantingnya ...
    Yang sering juga adalah ...buah yang terlihat dari luar adalah yang terbaik. Dalemnya ada yang busuk atau masih kuning/hijau ...pentil ...

    Salam saya Mas Sus
    (19/1 : 6)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti om trainer sudah jeli memperhatikan barang yang dibeli.
      Untuk menyembunyikan buah yang dalemnya tidak memenuhi standar enak, penjual punya trik tersendiri agar tidak kelihatan hahahaha ...

      Hapus
  7. rambutannya seger2 banget bgitu sih,jadi pengen nih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau sudah melihat yang seger-seger pengennya langsung ambil saja

      Hapus
  8. daun rambutan melengkapi rambutan 'bercukur' biar dikira rapiah...
    Trim Mas diingatkan betapa kegiatan menempel 'daun' maupun 'mencukur' buah menghabiskan waktu untuk sesuatu yang bukan hakiki.
    Salam

    BalasHapus

Ada komen, silahkan.
Mohon maaf jika tersandung Chapcha, setting saya sudah non-aktif tapi mungkin ini adalah kebijakan blogspot. Terima kasih