Senin, 09 Maret 2015

Insya Allah

Saya tak hendak memperdebatkan penulisan Insya Allah atau Insha Allah, apakah sholat syolat atau salat, bahkan Syahadat pun demikian. Biarlah mereka yang ahli bahasa yang membahasnya. Saya terima matengnya saja. Sampai saat ini belum ada kesepakatan kan ?!

Pernah terima janji? Atau bahkan malah pembuat janji? Dijawab dengan Insya Allah?
Saya punya 2 illustrasi berikut :
A. Hari minggu besok saya libur. Tidak ada kegiatan yang dilakukan seharian. Paling hanya cuci baju dan menjemur, itu bisa dilakukan paling lama 1 jam. Eh besok acaranya apa? Training teknik ekspor untuk UKM jam 11. Insya Allah saya datang.
B. Hari minggu besok saya libur. Pagi jam 7 sudah harus sudah bersiap mengantarkan ibu ke pasar. Setelah itu ambil beras di Jatinegara sambil cari informasi harga karpet. Setelah itu harus jemput adik di tempat lesnya jam berapapun.
Eh besok acaranya apa? Training teknik ekspor untuk UKM jam 11. Insya Allah saya datang.

Kira-kira, kondisi yang mana, saya, anda kita, semua, sering bilang Insya Allah?


Bbeeeee ...
Gak usah ngelak lah, pasti jawabannya B

Padahal kan tidak begitu. Padahal kan harusnya kondisinya seperti A. Bebas dari segala urusan untuk menjanjikan hal-hal yang bisa dijanjikan. Insya Allah itu harusnya kita sudah siap 100% dengan kondisi diri sendiri. Sudah yakin bisa datang. Setelah itu baru menyerahkan kepastiannya kepada Allah besok. Bilang Insya Allah

x: Kapan kamu bayar utang?
y: Insya Allah tanggal 15.
x: Kenapa?
y: Karena tanggal 14 saya gajian. Dan tidak ada tunggakan yang harus saya bayar selain utangmu.
x: ok.

x dan y di atas masih bisa diterima. y sudah memastikan punya uang dan tidak ada tanggungan lain. Jika y tidak bisa membayar utang, pasti karena kehendak Allah yang diluar rencana y yang tidak diketahui sebelumnya. Misalnya sakit, butuh biaya itu nganu yang sifatnya mendadak yang belum bisa diprediksi saat berucap Insya Allah.

Seringnya yang kita lakukan adalah dengan bersilat lidah. Bersembunyi di balik kata Insya Allah untuk hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu yakin dengan apa yang kita ucapkan. Mau bilang tidak gak enak. Mau bilang tidak bisa, takutnya langsung dicap gak setia kawan. Maka jawaban Insya Allah bisa dijadikan alternatif untuk menutupi hal tersebut. Yang artinya secara halus mengatakan bahwa saya tidak bisa.

"eemmm ... Insya Allah deh!" Nah loo

"Saya kan kemarin sudah bilang Insya Allah, kalau tidak jadi datang berarti memang ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan!"

Padahal kan urusan tersebut sudah ada sebelum kita bilang Insya Allah. Artinya kita sudah tidak yakin dengan janji kita yang kita ucapkan. Masih ada urusan yang belum jelas, belum beres kemudian disusul dengan janji baru. Dengan berucap Insya Allah, tinggal menyalahkan Tuhan karena telah mengatur jadwalnya yang tidak sesuai dengan janji yang diucapkan ... lha kok enak!!
Artinya kita tidak boleh mengucapkan Insya Allah! Terkesan kalau kita tidak bisa memenuhi janji menyalahkan Tuhan. Padahal masalah dibuat oleh dirinya sendiri yang gagal mengatur waktu.

Mulai sekarang mari kita stop salah kaprah Insya Allah ini. Gak usah berdalih Insya Allah. Kalau memang tidak bisa ya bilang tidak bisa. Kalau memang tidak yakin ya bilang tidak yakin. Insya Allah artinya dari dirimu sudah yakin 100% bisa, kemudian aktualnya besok terserah kepada Tuhan sebagai perencana terbaik.

Postingan ini bukan hanya untuk sedulur saya yang muslim. Postingan ini juga buat rekan-rekan saya yang non muslim juga. Ini untuk semuanya. Agar setiap muslim memegang ucapannya masing-masing yang disaksikan dengan kata Insya Allah tersebut. Jika kita mendengar jawaban Insya Allah, kita harus mencari tahu apakah dia sudah siap 100% dengan perkataannya itu. Kalau belum siap, ya kejar terus dengan pertanyaan-pertanyaan lain.

Jika mendengar kata Insya Allah, langsung saja disahut "Kalau kamu besok tidak datang, berarti motor atau mobilmu mogok, kamu kecelakaan, kamu dimarah-marahin bapak-ibuk, kamu dikejar debt kolektor!"

Kalau dia gentar dengan kalimat tersebut, berarti dia tidak yakin dengan ucapannya sendiri.
Kalau dia tidak gentar dengan kalimat tersebut, berarti memang benar.

9 komentar:

  1. Sebenarnya postingan ini ditujukan pada saya yang sering bilang Insya Allah, lha kok saya malah nulis nunjuk orang lain. Benar-benar tidak sopan!

    BalasHapus
  2. tapi bener juga sih kang, terkadang kita (saya juga) menggunakan kata insyaallah untuk menghindari janji yang tidak diinginkan, padahal kalo langsung nolak sebenernya bisa

    BalasHapus
    Balasan
    1. tuuh kan, jadinya salah pemakaian. Mulai sekarang ayo sedikit demi sedikit coba yang itu diubah

      Hapus
  3. saya setuju Mas, Insya Allah itu sebenarnya adalah janji kita 99% dimana yg 1% adalah jaga2 untuk hal2 yg berada di luar batas kekuatan kita sebagai manusia...
    itu pendapat saya lho :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Artinya dari manusianya harus memastikan bahwa itu memang bisa. Kemudian kepastian esok itu diserahkan kepada Tuhan sebagai pemilik rencana terbaik

      Hapus
  4. Biasanya setelah mengucap kata Insya Allah, ditambah kata "kalau ada waktu". Jadi misalnya: Insya Allah saya akan datang kalau ada waktu. Jadi kalau ditagih, masih ada alasan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Naah itu juga termasuk ngeles juga. Atau bisa juga dijawab Insya Allah tidak bisa datang. Kan lebih enak ...

      Hapus
  5. Seringnya In Shaa Allah dipakek buat menolak secara halus, Bang.. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mulai sekarang dilarang menolak pakai Insya Allah ya beb. Dilarang pokoknya

      Hapus

Ada komen, silahkan.
Mohon maaf jika tersandung Chapcha, setting saya sudah non-aktif tapi mungkin ini adalah kebijakan blogspot. Terima kasih