Jumat, 25 Maret 2016

Perilaku Konsumen

Perilaku anda sebagai konsumen sangatlah wajar. Sudah pasti akan memilih harga paling murah jika parameter-parameter yang dibutuhkan sama persis. Sebagaimana ibu-ibu beli cabe di pasar, cabenya warna merah, segar, mengkilat, tidak ada yang busuk. Dari semua kriteria tersebut barulah diputuskan cari harga yang paling murah dari semua penjual yang ada.
Keputusan membeli atau tidak oleh konsumen dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Dengan harga sekian dirasa wajar, dengan harga lebih tinggi pasti ada yang ditawarkan lebih, dengan harga lebih rendah pasti ada parameter yang turun dari permintaan. Secara logika, sangat tidak mungkin seseorang menjual barang yang bagus dengan harga yang jauh di bawah harga pasar. Tidak mungkin seorang penjual menawarkan harga separuh dari harga penjual sebelahnya. kalaupun ada, bisa jadi barangnya adalah barang curian.
Sebagai konsumen secara alami akan memilih harga yang lebih murah, namun begitu tingkat kewajaran juga berpengaruh atas keputusan pembelian.

Setelah kewajaran perilaku konsumen dipetakan, maka dengan pede nya Jiko dan Setarbak berdiri di tengah-tengah warung kopi tenda yang ada. Saya lihat sendiri lho, keduanya berdiri di atas kepungan oleh warkop di pinggir-pinggir temboknya. Tapi kenapa warung kopi (warkop) tidak bisa mengalahkan Jiko dan Setarbak? Padahal dari segi harga, satu gelas kopi di sini bisa beli 10 gelas kopi di sana. Apakah keputusan pembelian konsumen berubah dari segi harga?
Pertanyaannya malah berkembang lagi. Ada sebuah roti tawar dengan merek yang sama dari produsen yang sama. Di toko itu jual Rp 12.000,- sedangkan di toko sono jual Rp 4.000,- Konsumen pilih yang mana?
Contoh lain, di SPBU jual bensin Rp 7.050,- sedangkan di kios samping rumah jual bensin dengan harga Rp 6.500, Konsumen pilih yang mana?
Ada hal-hal yang bisa diketahui efeknya, ada hal-hal yang tidak bisa diketahui efeknya. Maka konsumen pun mengambil keputusan berdasarkan pengetahuan sebelumnya atau berdasarkan nalarnya. Kalau untuk hal yang tidak diketahui efeknya, apakah konsumen bisa disalahkan?
Untuk kasus cabe di atas konsumen tahu bahwa cabe yang dibelinya standarnya sudah sama. Warkop, konsumen tahu bahwa parameternya beda. Roti, tanggal kedaluwarsanya pasti sudah lewat, kalau mau nekad beli yang lebih murah ya resiko ditanggung sendiri. bensin, siap-siap saja kendaraannya rompal kalau mau beli di bawah harga.
Kalau taksi dan ojek digital? belum ada parameter dan pertimbangannya, maka yang diambil tetep parameter yang terlihat, kendaraannya sama, waktu antar sama, harganya kok beda? Kalau konsumen lebih memilih taksi yang harganya murah, apakah konsumen bisa disalahkan? TENTU TIDAK!
Efeknya apa kalau konsumen pakai taksi digital? Ini yang jadi polemiknya sekarang. Taksi digital disebut sebagai pembunuh taksi konvensional. Tulisan seorang rekan menyebutkan "banting harga" ini disinyalir ada permainan pemilik usaha dengan saham dari investor yang kelebihan uang. Bisnis UnNatural yang bisa meledak sewaktu-waktu, dan investor terakhir lah yang sangat merugi-rugi.
Okelah itu adalah analisis bisnis biarlah dipikir oleh orang yang berkompeten di bidangnya. Sedangkan konsumen katrok seperti saya, mikirnya gampang saja, ambil yang paling murah. Mumpung ada harga termurah yang belum diketahui efeknya. Toh kalau ada efeknya pun akan akan saya tanggung sendiri. kalian penyedia barang/jasa tidak bisa menyalahkan konsumen atas pilihannya kan. Gak ada tukang bakso menyalahkan konsumen yang sedang makan sate atas tidak laku baksonya.
Saran saya Untuk taksi konvensional : Keputusan konsumen itu berdasarkan parameter-parameter yang dibutuhkan. Kalau memang dari segi harga kalah, mbok ya jangan berhenti di situ. Pakai contoh Jiko dan Setarbak di atas, mereka menjual parameter lain selain harga. Dirimu sekarang mau jual apa? jangan jual harga deh pasti kalah murah, jual saja parameter yang lain yang belum terpikirkan oleh si harga murah itu. Apa perlu saya ngasih training challenges to survive.

2 komentar:

  1. selain murah,bagus juga penjualnya ramah gak jutek

    BalasHapus
  2. ndaftar Mas sebagai peserta training challenges to survive. Ibaratnya pusing mencari parameter 'keunggulan' terus nangis mengadu ke ortu nih Mas

    BalasHapus

Ada komen, silahkan.
Mohon maaf jika tersandung Chapcha, setting saya sudah non-aktif tapi mungkin ini adalah kebijakan blogspot. Terima kasih