Tampilkan postingan dengan label kerinduan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kerinduan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 08 April 2014

Pulanglah Nak

Pulang dulu nak, sini
Ibu sudah menyiapkan kasurmu
Sudahlah, istirahat dulu main-mainnya
Kamu sudah capek tapi gak ngerasa capek
Sini istirahatlah

Pulanglah nak
Sudahi dulu mengejar-ngejar layangan putus itu
Istirahatlah
Berhentilah
Berhentilah sejenak mengejar setoran, mengejar target produksi, mengejar penjualan, mengejar customer, mengejar uang, mengejar entah apapun namanya itu
Biarkan ibumu ini mengusap kepalamu sejenak
Di dalam tidurmu

Pulanglah nak
Ibu tahu kamu sedang senang-senangnya berlarian
Terpanggang matahari dengan wajah merah hitam
Kamu sudah capek sudah waktunya makan dan istirahat
Ibu yang sudah bersamamu di waktu kecil sudah hafal denganmu
Ibu tahu betul itu,
meski kamu sudah besar kamu tetap anak ibu

Kamu itu lapar sekali dan kamu tidak menyadarinya
Entah kamu masih ingat atau tidak
Ketika kamu pulang itu, ibu menyuapimu
Tanpa sadar kamu membuka mulut, makan
Sambil tertawa riang dengan berceloteh tentang lari-larian barusan
Tanpa sadar membuka mulut, minum
Menghabiskan air putih segelas penuh ukuran besar
Padahal kamu itu susah sekali makan

Pulanglah nak
Ibu tahu betul kamu itu gelisah sekali
Dan kamu tidak menyadarinya dan tidak mau menyadarinya
Ada kepedihan diam-diam di sudut hatimu
Yang sebenarnya kau simpan rapat-rapat
Namun ingin kau ceritakan suatu saat kelak kepada seseorang

Sini pulanglah nak
Segera ceritakan apa itu di rumah sini bersama ibu
Ibu sudah menyediakan telaga cinta pembalut luka
beserta kasur dan sprei tertata rapi menyambutmu

Sabtu, 25 Januari 2014

Merindumu hari Sabtu

Bukankah ini sudah menginjak sabtu, bahkan terhitung akhir bulan. Harusnya sih engkau segera menghubungiku. Tapi sekarang sudah jam segini, belum ada telepon atau pesan atau apalah membuat aku tenang.
Seperti sabtu-sabtu sebelumnya, biasanya engkau sudah aktif berbicara melalui telepon, bercerita tentang kegiatanmu. Aku pikir, hari sabtu adalah hari bebas bagimu, karena tidak banyak yang dikerjakan. Aku juga tidak ada kelas yang harus dihadiri. Kita biasanya ngobrol meskipun terbentang jarak.
Teringat sebuah janjimu dua minggu yang lalu, akhir bulan engkau akan menemuiku. Dan aku tahu bahwa hari yang mungkin adalah hari sabtu, tidak ada hari yang lain. Maka Akhir bulan itu adalah hari ini. Hari sabtu di minggu terakhir, sabtu depan sudah masuk ke awal bulan berikutnya.

Ah Engkau, Perempuan Desir Angin, Mengapa tidak sedikitpun kabar darimu hari ini. Aku tidak berani untuk memulai menghubungimu. Takut mengganggu aktifitasmu. Aku masih menunggumu, telepon, pesan atau apalah yang bisa memberitahuku. Atau bahkan kabar kamu sedang dalam perjalanan ke tempatku. Aku pikir, jarak Surabaya ke sini cukup 2 jam. Dan itu akan banyak waktu untuk sekedar memberikan pesan kepadaku. Apakah kamu sesibuk itu di hari sabtu, atau sedang dalam perjalanan menemuiku saat ini.

 Aku ingin sekali mendengar suaramu saat ini, aku ingin bertemu engkau saat ini seperti janjimu.
 Tahukah engkau wahai Perempuan Desir Angin, sekarang aku sangat merindukanmu,    ....  sangat  ...

  Sabtu merindu