Selasa, 20 Januari 2015

Operator


Dalam memimpin beberapa orang dalam sebuah perusahaan, saya merasakan suatu tantangan tersendiri. Memimpin beberapa mesin dan beberapa orang untuk menjalankan tugas perusahaan memang tidak mudah, namun harus dicari selanya agar proses berjalan dengan baik.

Jabatan sebagai Mandor tidak jarang berhubungan langsung dengan operator dan mesin yang terlibat langsung dengan kegiatan produksi. Kalau terjadi masalah dengan mesin lebih mudah penanganannya. Analisa penyebab, rencanakan perbaikan, estimasi dan perhitungan, pembuatan laporan, selesai. Penanganan operator ini yang harus lihai. Tidak semua orang bisa mengendalikan orang, karena masing-masing kepala mempunyai cara dan pemikiran sendiri-sendiri meskipun sudah diberitahu tentang pekerjaannya.

Berikut saya share pengalaman saya menjadi mandor (agak curcol sih sebenernya) berhadapan dengan anak-anak dan cara mengelolanya.


1. Memberikan tugas yang jelas, keputusannya iya dan tidak. Kalau OK lanjut, kalau tidak OK minggir dulu. Tugas yang diberikan adalah tugas yang paling sederhana agar proses berjalan lebih cepat. Kalau tugas berupa proses, haruslah proses yang sederhana. Meskipun berupa beberapa proses yang dikerjakan bersamaan namun prosesnya harus tetap sederhana. Contonya memberi lem, memasang, dan memeriksa hasil lem. Operator tidak ditugasi dengan perintah yang mengharuskan berpikir analisis atau memutuskan. Kalau begini OK tidak ya? Kalau beda sedikit begini boleh dilanjutkan atau tidak ya? Kalau ada goresan begini masih OK atau tidak? Terlalu banyak pertanyaan dari tugas yang diberikan. Tugas yang rumit itu akan menghambat kelancaran proses. Target jumlah produksi yang diinginkan tidak akan tercapai. Tugas yang rumit diberikan kepada leader untuk mencarikan cara agar mempermudah proses.

2. Membuat desain mesin dan proses yang mendukung keputusan. Seperti lampu indikator, buzzer, alarm, layar monitor dan angka-angka yang tertampil yang menunjukkan kemudahan operator melakukan keputusan. Meskipun tugasnya hanya mengukur dan melihat angka hasil pengukuran, namun otak tidak serta merta diajak cepat berpikir. Sebagai contoh, sebuah perintah berbunyi "Tugasnya adalah cek tegangan kerja, tegangan harus berada pada 4.95V ~ 5.10V".
Jika operator hanya melihat angka yang tertera pada display, sedangkan display menampilkan 10 angka secara bersamaan maka operator juga pusing harus memperhatikan satu per satu. Apalagi kalau dikasih waktu hanya diberikan 1 hingga 2 detik saja yang. Butuh waktu yang relatif lebih lama dan rentan akan kesalahan pengambilan keputusan. Sebagai bantuan, dibuatkan lampu indikator, jika tegangan di luar spec yang diijinkan, maka lampu akan menyala dan buzzer berbunyi bahwa produk itu tidak layak. Operator tinggal ambil produk reject dengan lampu indikator yang menyala.

3. Tidak menyalahkan operator. Tidak memberikan alasan karena operator belum mahir jika terjadi suatu kesalahan. Dalam meeting bersama, orang yang mengajukan kesalahan operator akan mendapatkan cibiran dari berbagai pihak. "Operator kan berada di bawah kendalimu. Kamu yang harus bertanggung jawab terhadap kesalahan operator." Harus mencari sistem yang memungkinkan meminimalisasi kesalahan yang dilakukan oleh operator. Aturan dan cara kerja harus diubah, alih-alih menyalahkan operator.
Namun sayangnya di tempat lain di luar meeting masih banyak pimpinan yang masih menyalahkan anak-anaknya di depan pimpinan lain demi menyelamatkan harga dirinya.

4. Operator juga manusia. Masalah di rumah masih terbawa hingga ke tempat kerja. Pernahkah anda mengalami hal ini? Anak buah membawa masalah dari rumah ke tempat kerja sehingga pekerjaannya tidak fokus dan barang yang dihasilkan reject semua. Operator juga masih muda dengan jiwa yang labil. Masih mencampur antara masalah pribadi dengan urusan pekerjaan. Urusan keluarga, urusan cinta, dan urusan keuangan seringkali ditemui. Untuk masalah-masalah seperti ini, tidak ada jalan lain kecuali diajak berbicara. Skill humaniora harus dimunculkan untuk menguatkan operator. Dan menegaskan bahwa tugasnya di perusahaan ini akan selalu menuntut hasil kerjanya.

5. Perintah langsung seringkali tidak efektif. Peran leader group (emak atau bapak atau yang dituakan) lebih menguasai "bahasa" operator sehingga lebih bisa mengena.
"Kita harus meningkatkan kualitas agar perusahaan kita bisa survive dalam menghadapi persaingan global." Terlalu di awang-awang, gak ada yang ngerti itu apa maunya. Cukup sampaikan instruksi itu kepada leader-leader yang ada di lapangan. Kemudian perhatikan bahasa yang dipakai para leader tersebut kepada operator. Anda akan menemukan perbedaan cara bertutur kata. Leader lebih mengetahui bagaimana cara berkomunikasi kepada operator daripada mandor dan jajaran eksekutif. Perintah langsung harus disampaikan secara berjenjang agar bisa dipahami oleh seluruh lapisan.

6. Menjalankan hukum dan sangsi yang tegas. Ini mutlak. Sebenarnya operator itu manut, aturan apapun akan dijalankan asal tetap bekerja di perusahaan. Kecemburuan antar operator akan menjadi bola liar. Berita yang simpang siur akan berpengaruh terhadap hasil produk. Kebanyakan masalah tentang operator sering tidak diketahui kalau tidak diutarakan oleh operatornya sendiri.

7. Operator adalah manusia, bahkan mirip anak kecil. Jangan katakan "Berulang kali saya katakan ..." Artinya berulang kali kata-kata anda tidak didengarkan. Semakin banyak dimarahi, operator akan semakin kebal. Semakin sering seseorang marah, operator akan menganggap biasa-biasa saja dan tidak dianggap. Operator itu harus dicarikan cara yang efektif, marah yang efektif yang langsung membuat mereka paham terhadap kesalahannya.

8. Aturan yang masih samar, cenderung ragu. Operator lebih ke arah mencari aman. Aturan yang tidak jelas akan dihindari karena jika menimbulkan masalah, takut dikeluarkan dari perusahaan. Pokoknya sebisa mungkin tidak berbuat salah. Tidak tercetus menanyakan ini kenapa begini, itu mengapa begitu terhadap suatu ketidak-jelasan.
Meski ini sepele namun harus diketahui oleh pimpinan.

9. Karena mencari aman, sangat susah untuk memobilisasi kepada tindakan makar atau mogok kerja, kecuali ada suatu alasan yang sangat mendesak. Lebih baik bekerja dengan gaji segini daripada nanti ikut-ikutan kemudian malah dikeluarkan. Masa depan masih bergantung dengan perusahaan, belum memiliki terpikirkan untuk berani membuat pabrik sendiri yang bisa supply ke perusahaan tempatnya bekerja. Padahal itu mungkin untuk dilakukan.

10. Cukup dengan memanusiakan operator, tugas overload bisa dikerjakan dengan baik. Cara-cara pemberian masih efektif saya pakai. Saya bagikan pulpy orange kepada masing-masing member.
Operator saling bertanya-tanya "tumben dikasih ginian. Ada apa?"
Setelah masing-masing operator mendapatkan semua, baru saya kasih tahu "hari ini grup kalian harus overtime ya."
"Yaahh ... bapak baiknya kalau ada maunya doang"
Meski ada suara penolakan namun sebenarnya mereka senang karena merasa dianggap sebagai manusia, masih dihargai.
Kerja overtime itu sangat berat bagi operator karena waktu yang seharusnya istirahat dan jalan-jalan malah masih di diharuskan untuk bekerja.

11. Memberikan informasi tentang tujuan perusahaan. Beserta pencapaian-pencapaiannya. Kesalahan pimpinan dalam memberikan informasi, hanya pada target-targetnya saja. Angka yang ditampilklan adalah angka target, sedangkan angka pencapaian cenderung disembunyikan. Hal ini yang membuat operator malas untuk menyimak, karena bagi mereka hal itu tidak berpengaruh sama sekali, karena tidak tahu apa itu.

Sekian dulu, nanti kalau ada kesempatan di lain waktu akan saya share lagi tentang operator ini.

36 komentar:

  1. jadi tau seluk belum dunia operator nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cepetan bunda punya punya operator sendiri sehingga pekerjaannya lebih cepat terselesaikan dalam jumlah yang banyak

      Hapus
  2. Di dalam pabrik ternyata ada operator juga ya?
    Perannya juga ga kalah penting ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau dari luar si orang menyebutnya karyawan mbak

      Hapus
  3. harusnya seorang mandor memang menjadi pimpinan ya Mas, bukan menjadi bos
    sukses terus untuk mas Mandor :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menjadi pimpinan memang susah bunda. Kalau menjadi Bapak dari anak-anak itu masih bisa dilakukan sambil jalan.

      Hapus
  4. *manggut-manggut baru tahu seputar operator

    BalasHapus
    Balasan
    1. suatu saat nanti harus bercita-cita punya operator ya

      Hapus
  5. baru tau nih aku tentang tugas dari operator, operator adl manusia yang juga tidak sempurna :)

    BalasHapus
  6. Perlu trik untuk meng-handle karyawan agar bisa kerja optimal. Kalo teorinya ok, mudah-mudahan kinerja mereka juga main bagus. Dengan atau tanpa pulpy orange...
    :)

    BalasHapus
  7. pasti ngopi terus ya mas hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau sudah begini, tetep disambi ngopi saja di meja hahaha

      Hapus
  8. Operator bukan mesin, manusia walau kerja yang dilakukan 'kayak robot' selama jam kerja berlangsung, gimana mau minta mereka berpikir?
    Kalau semua mandor pikirannya seperti ini, perusahaan untung, operator senang :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Operator harus dimudahkan dalam pekerjaannya agar bisa menghasilkan yang optimal. Selain itu operator harus dianggap sebagai manusia

      Hapus
  9. Bijak bener mandor satu ni :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hanya terlalu sering berhubungan dengan operator saja mas

      Hapus
  10. Kerjaan mandor itu berat, setahu saya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. mbak melly sekali-kali jadi mandor aja, biar ngerain enaknya punya anak-anak xixixixi

      Hapus
  11. saya pernah kerja di perusahaan atau di pabrik pembuatan aspal, peran operator untuk mengendalikan pabrik dan mesin sangat vital sekali,...

    BalasHapus
    Balasan
    1. whaaa pernah kerja juga ya di pabrik. Berarti sudah hafal karakter orang-orang pabrik kayak gimana

      Hapus
    2. ya begitulah mas,.... terkadang bikin naik darah,...hehehehe

      Hapus
    3. Berarti harus baik-baik dalam mengatur anak-anaknya biar tidak uring-uringan setiap hari

      Hapus
  12. semoga banyak pemimpin yang bisa menjalankan semua ini hehe :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga berharap semua pemimpin juga berbaik hati pada anak-anaknya. Tujuan bisa tercapai, hak-hak operator juga diperhatikan dan dianggap sebagai manusia

      Hapus
  13. ternyata pusing juga ya jadi seorang mandor, harus bener2 tegas dan bijak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harus mulai belajar memimpin orang, kapan lagi kalau tidak sekarang. Pasti ada salahnya di suatu ketika, namun harus cepat diperbaiki agar senantiasa terus belajar dan belajar

      Hapus
  14. Ya ampun ribet ya. Tapi sungguh pekerjaan mulia~
    Anyway, baru pertama kali kesini nih. Salam kenal ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suatu saat sampeyan harus punya operator agar bisa belajar dari mereka. Terima kasih atas kunjungannya ya.

      Hapus
  15. wah makasih ya Bang sudah dikasih insight :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga mas dani cepet punya anak-anak yang bisa dipimpin agar kerjaannya bisa cepat

      Hapus
  16. operator tanggung jawabnya banyak ya? wiiih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Operator harus dimudahkan dalam pekerjaannya. Karena ujung tombak perusahaan yang berhubungan langsung dengan produk adalah operator.

      Hapus
  17. pendekatan yang sangat baik sekali dalam menangani karyawan yang bertugas sebagai operator.. Sukses selalu Pak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga kita bisa berbuat dengan lebih baik lagi dalam menangani operator

      Hapus

Ada komen, silahkan.
Mohon maaf jika tersandung Chapcha, setting saya sudah non-aktif tapi mungkin ini adalah kebijakan blogspot. Terima kasih