Rabu, 19 Juni 2013

Saat bos marah

Sebagai seorang bawahan, tentunya kerap kali mendapat tekanan dan kemarahan bos. Sedikit kesalahan saja akan menjadi suatu acara yang panjang dengan berbagai alasan. Marah-marah yang berkepanjangan, kalau dihitung bos sudah berbicara sepuluh kali dengan kalimat yang sama. Saat meeting pun akan jadi komentar yang menjatuhkan untuk sebuah kesalahan, yang penting marah-marah dulu biar puas. Hingga pada akhirnya sebuah solusi dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah yang timbul dari kesalahan tersebut.

Mungkin dari beberapa rekan-rekan pernah merasakan, ketika melakukan suatu kesalahan. Ada banyak kata yang keluar dari mulut bos, marah-marah. Apa saja disangkut pautkan hingga dua jam atau lebih tak berasa. Mirip jaman SD disetrap di depan papan tulis berdiri bengong gak ngapa-ngapain. Benar-benar seperti orang bego dilihat dari segi manapun dan dilihat oleh siapapun.

Nah, ketika di akhir pembicaraan marah-marahnya bos, dia meminta agar tidak mengulangi lagi, barang di rework atau barang dibuang. Heh? Sesederhana itu?! hanya 2 kalimat saja penyelesaiannya. lalu bagaimana dengan apa yang telah dibicarakan selama 2 jam yang lalu? Sudah dipastikan bos tidak akan mengingatnya lagi.
Masalahnya ada di bawahan yang dimarah-marahin. Bagi bawahan, marah-marah bos adalah sebuah siksaan. Tekanan lahir batin.

Beberapa rekan-rekan saya yang sudah pengalaman (menghadapi bos yang sedang marah-marah) akan mendengarkan saja dan kemudian hilang ketika melewati pintu keluar. Sebegitu mudahnya karena sudah kebal. Marah-marah bos hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri, tidak dimasukkan ke dalam hati. Itu masih mending. Ada kalanya di telinga kanan saja sudah mental.

Marah-marah bagi atasan itu hanya meluapkan emosi. Kesempatan untuk bisa membalaskan marah karena sebelumnya dimarahi lebih dulu oleh pimpinannya karena kesalahan yang kita buat. Sungguh aneh tur lucu, marah kok bisa nyetrum dan lewat melalui orang. Makanya banyak  sekali dari bos yang marah-marah itu tidak akan terpikirkan lagi setelahnya. Tidak akan terpikirkan apa-apa yang telah diucapkannya. Tidak teringat lagi aturan yang baru saja dibuatnya. Lha ... trus apa gunanya bos marah?

Sebagai kaum tertindas, para buruh dan mandor seperti saya. Pasti akan selalu teringat dengan apa-apa yang diucapkan oleh bos. Terutama kalau pas marah. Nah, pas di kemudian hari bos melakukan pelanggaran atas apa yang telah diucapkan dulu waktu marah, melanggar aturan yang telah diucapkannya sendiri. Maka hilang sudah kredibilitas bos. Tidak konsisten terhadap apa-apa yang telah diucapkannya. Dan itu tidak terjadi satu dua kali, berulang kali.

Berulang kali ?! Ya. Artinya juga secara keseluruhan. Bawahan sering melakukan kesalahan, bahkan kesalahan yang sama berulang. Bos marah-marah dengan ucapan-ucapan beserta aturannya. Bawahan sakit hati. Bos melakukan pelanggaran atas ucapannya sendiri waktu marah. Bawahan tidak respek dengan aturan bos. Bawahan melakukan kesalahan yang sama lagi. Benar-benar sebuah siklus setan kan.

Apa gunanya bos marah kalau tidak efektif?

4 komentar:

  1. bener-bener siklus setan ... :D

    BalasHapus
  2. namanya juga bos pak mandor jadi bgitulah..

    inget apsal 1 senior selalu benar :D

    pas marah dengerin aja abis itu lepehin jangan sampe tersisa..* meski jujur tetep aja mangkel nang ati..

    BalasHapus
  3. Sebenarnya boss yang marah itu sedang lupa kalau tekanan darahnya dibiarkan naik tanpa kontrol Pak....
    Mungkin ada baiknya diingatkan agar tidak collaps he he..

    BalasHapus
    Balasan
    1. wahahah saya malah ndak berani ngingetin kayak gituan. Nanti malah tambah kolaps

      Hapus

Ada komen, silahkan.
Mohon maaf jika tersandung Chapcha, setting saya sudah non-aktif tapi mungkin ini adalah kebijakan blogspot. Terima kasih