Saat badai datang

Lagi galau sayanya. Informasi flu burung dari China yang tidak ada kejelasannya sampai sekarang membuat bahan baku hilang di pasaran. Pemerintah Republik Indonesia melakukan penghentian impor sementara dari China karena dianggap masih belum bisa memberikan penanganan yang tepat terhadap kasus flu burung ini.
Harga bahan baku naik dua kali lipat karena hilang di pasaran, entah bagaimana caranya para perajin-perajin home industri dan pabrik supplier saya itu bisa mendapatkan bahan baku, mungkin hasil kucing-kucingan dengan pihak pelabuhan. Harga barang jadi terkena imbasnya ikut naik. Bahkan dengan harga yang dirasa tinggi pun belum tentu ada barangnya karena semua supplier saling berebut bahan baku.
Tapi untungnya Ada beberapa hal yang saya dapatkan, yang ternyata tidak terpikirkan sebelumnya. Biasa, orang Indonesia meskipun terkena masalah yang sangat sulit ternyata masih melihat untungnya.

1. Ada lebih banyak uang cash


Lha iya bener. Beberapa customer saya memiliki sistem pembayaran tempo. Ada yang 2 minggu ada yang 1 bulan. Naah ketika barang tidak ada, saya datang hanya bawa bon saja. Otomastis uang cash bisa didapat tanpa ada "semacam kewajiban" bawa barang orderan lagi. Kalau orang lain sedang kesulitan uang karena harga naik, maka saya sedang banyak uang cash.

2. Keluar stok lama
Inventory adalah hal yang sangat penting bagi pengusaha. Hitung barang keluar masuk serta kelancaran barang menjadi perhatian. Masalah inventory biasanya ada pada stok lama yang tidak segera terjual, barang mati pasaran, barang terlalu mahal, barang terlalu murah.
Dengan adanya kondisi barang langka seperti ini, maka stok apapun yang ada bisa dikeluarkan dan dijual. Pasaran kalau sudah kehilangan barang, apapun diminta. Merek yang tidak terkenal pun diminta, yang penting ada barang. Ini kesempatan bagi dead stok untuk bisa muncul dan jadi uang.
 Perilaku end user seperti "pokoknya ada barang" ini belum saya analisis lebih lanjut, apakah ini berlaku di seluruh Indonesia. Yang saya rasakan di sekitaran Bekasi Jakarta sudah berlaku seperti itu.

3. Menaikkan harga
Siapa bilang susah menaikkan harga. Kondisi barang langka adalah waktu yang tepat untuk menaikkan harga. Bahkan sebelum isu BBM naik pun saya sudah menaikkan harga. Memang ada beberapa customer yang komplen dan mengancam akan meninggalkan merek yang biasanya dipakai.
Namun setelah barang saya hilangkan kurang lebih satu bulan, customer pun susah cari merek tersebut. Tetep saja baliknya ke merek-merek itu juga. Saya berada di atas angin dengan harga yang saya tentukan.

4. Membenahi sistem
Dengan adanya barang langka seperti ini, ada banyak waktu untuk ngurusi yang lain. Salah satunya sistem usaha yang sedang dilakukan. Sistem pencatatan saya masih menggunakan excel sederhana, dengan berkembangnya masalah usaha dan permasalahan yang muncul, saya upgrade sistem pencatatan berdasarkan pikiran saya sendiri dan maunya sendiri. Menambahkan rumus-rumus sendiri, membuat sheet kerja dan mengintegrasikan dengan file yang lain.
Sehingga setelah transaksi selama  bulan selesai, tinggal klik enter muncullah laporan-laporan barang, keuangan, supplier, customer tanpa harus mengolah lagi.

5. Melirik usaha lain
Memang waktu seperti ini adalah waktunya galau. Dengan segepok uang di tangan tanpa ada kepastian bahan baku membuat saya mulai mendua, melirik yang lain. Meski saya tetap berpegang bahwa core bisnis saya tetep di situ.
Dengan menggelontorkan sedikit modal, usaha kerajinan flanel dengan rekan-rekan pabrik langsung bergerak. Target pertama adalah pemenuhan market di masa-masa puasa dan lebaran. Kotak tissue dan toples kue berbalut flanel pun sudah diproduksi dengan jumlah yang lumayan. Ternyata seru juga.
Kalau ada yang mau monggo silakan pesan saja ke saya.
Kok penutupnya malah promo juga, namanya juga usaha (His name so effort)