Senin, 27 Januari 2014

Tugas kita

Media sosial bergerak sangat cepat, deras. Informasi apapun tersebar dengan cepat melalui fesbuk, twitter, path, istagram, bahkan aplikasi bbm, line, what's up, viper, dijadikan sebagai sumber berita. Maka bijaklah dalam menerima sebuah berita, dipelajari dulu ada apa.
Kecenderungannya adalah, pembaca lebih menyukai berita buruk ketimbang berita baik. untuk hal-hal yang sepele seperti misalnya, masjid terbang pasti akan sering muncul daripada masjid penuh jamaah. jalan macet sering muncul daripada jalan lancar. Hingga ke masalah-masalah yang sangat pelik. Bad news is News, Good news aren't sellable.

Banjir yang sekarang menjadi tren. Maka kita sibuk meributkan bendera bantuan daripada jumlah dan bentuk bantuan itu sendiri. Padahal di kamp pengungsian itu sudah tidak terpikirkan lagi ada benderanya apa tidak, yang penting kamu mau membantu, mau ngasih, gak perduli benderanya apa. Data di kamp pengungsian adalah jumlah dan bentuk bantuan, akan bertahan untuk sekian hari. Jumlah korban sekian, dapur umum sekian, kebutuhan bahan makanan sekian setiap hari. Orang-orang diluar banjir akan sibuk berpolemik bendera, tidak berusaha menggali lebih dalam data-data yang sudah diterima, yang sudah terkumpul dan yang masih dibutuhkan. Miris.



Masih teringat saya sebuah pesan berantai tentang hilangnya seorang anak di Monas, Alma. Adakah semua penerima pesan berantai itu tersentuh untuk mencari. "Ah mumpung sekarang ada di Monas, saya cari anak hilang itu". Ya memang akhirnya ada juga yang berniat mencari karena bbm broadcast. Namun sangat disayangkan, dari semua penerima pesan tersebut sebagian besar hanya berperan sebagai menerus berita dan mengandalkan orang lain untuk menemukannya, bukan berusaha sendiri mencarinya.
Fenomana "mengandalkan orang lain" ini terlihat pada jelas pada sebuah berita, "dibutuhkan darah A,B, atau O" yang sering muncul. Padahal jelas tertera nomer telepon atau rumah sakit tempat dibutuhkan. Namun berapa orang yang menghubungi nomer kontak tersebut, bisa dihitung. Sangat jarang sekali orang yang berpikir lebih dalam, bagaimana caranya bisa membantu selain "repost".

Sebegitu pentingkah kita menghujat instagram ibu negara? Share statusnya, fotonya, untuk kemudian kita olok-olok ramai-ramai. Atau para elite politik yang sedang mencari muka, kita upload statemennya untuk kemudian kita bully ramai-ramai. Atau berita tentang pengacara yang satu itu dengan statemen selebritisnya untuk kita sumpah pocong, buat apa? Apa untungnya buat kita?
Apakah tidak lebih baik diam saja, daripada berdebat dengan hal yang sudah terjadi.

Maka, sebagai seorang blogger, menulis sebuah ide dengan detail itu diperlukan waktu. Secara naluri, tulisan panjang butuh waktu berpikir serta data-data yang valid. Menggali lebih dalam tentang suatu berita. Di sinilah tempat yang tepat untuk melakukan cek dan ricek, verifikasi setiap kejadian sehingga tulisan yang disampaikan menjadi penyeimbang berita di dunia maya. Saya pikir pembaca sudah mulai belajar cerdas, maka mari kita juga menulis dengan cerdas pula. Memang ada beberapa pembaca yang masih asal comot, langsung share, asal forward, asal broadcast. Maka mari kita didik mereka dengan tulisan yang dalam dan tulisan yang valid.

OK tulisan ini akan saya tutup dengan riset abal-abal yang pernah saya lakukan 2 tahun silam. Beberapa blogger baru sering galau karena pengunjung blognya sedikit. Tidak jarang mereka berperan sebagai penggemar Afgan (Afgan ini menurut Pak Mars Lho). komen copas "nice info, kunjungi balik".
Bahwa pengunjung komentar itu adalah blog mereka yang anda kunjungi dan komen sesuai dengan topik yang tersedia. Saya mendapati bahwa komentator sebuah tulisan bisa didapat dari 30% komen anda di blog lain. Mari kita buktikan, bahwa tulisan ini akan dikomentari tidak kurang dari 30 komentar (komentar penulis tidak dihitung). meskipun tulisan-tulisan saya yang lain hanya maksimal 5 komentar saja.

21 komentar:

  1. Wah, berat juga rupanya seorang blogger itu.. Maka, sebagai seorang blogger, menulis sebuah ide dengan detail itu diperlukan waktu...

    Jadi malu hati nih membaca itu dibanding dgn apa yg saya tulis di blog saya. Hanya celotehan ringan belaka. Tapi apapun saya tetap nulis saja deh. Satu yg saya pegang, pokoknya gak mengandung unsur SARA saja... *lah koq jadi curhat ya*

    Salam kenal Mas...

    BalasHapus
    Balasan
    1. menulis celoteh ringan tidak masalah, yang penting jujur apa adanya. tidak bohong dan bisa diverifikasi. Kalau ada yang komplen kan bisa ditunjukkan data dan sebabnya, bukan ngawur omong kosong.

      Hapus
  2. Mungin karena berita yang tersedia di media cetak atau elektronik tsb lebih banyak berita buruk ketimbang berita baik, makanya masyarakat kita terhanyut
    Tapi kalau media2 tsb bersatu dan kompak hanya menayangkan berita yang baik dan positif saja, saya yakin pemirsa pasti akan tetap mengikuti nya.
    Habis mereka mo pilih apa lagi, wong semua siaran berita baik dan positif kok.
    Saya yakin bangsa ini akan lebih cepat maju....!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya teringat salah seorang trainer saya, bahwa berita baik itu lebih powerfull daripada berita buruk untuk membangkitkan semangat. Tapi media kan sedang mengejar rating, berita yang dicari, naah berita yang dicari itu ya berita buruk terusss

      Hapus
  3. Ngeblog itu ibarat menyanyikan sebuah lagu mas (menurut saya lho), contoh jika saya sedang sakit hati maka saya tidak akan menyanyikan lagu2 romantis atau lagu2 cinta karena ini akan menyiksa / bertentangan dgn suasana hati saya. Betul jg kata le'man menulis itu harus memverifikasi tiap2 kejadian agar tulisan yg kita dibuat menciptakan suasana netral oleh pembaca.
    - Nice info gan (hahaa) afgan abal2 ngeblog mas jare pak mars.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ngeblog dengan hati, kalau bisa ya jadilah pengerem informasi yang menyesatkan. Tidak ikut-ikutan menyebar berita yang belum terverifikasi

      Hapus
  4. Kulanuwun Mas, ikutan belajar memilah-memilih warta selain mengasah naluri menimbang secara lebih obyektif juga semoga menjadi informasi yang berarti.
    Salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga belajar untuk itu, mari sama-sama
      kadang saya juga terpancing untuk segera posting hal-hal yang belum jelas belum terverifikasi. Hanya menuruti karena berita sedang tren.

      Hapus
  5. 30 komeng jaman dulu buat om leman mah cetek.. aplg klo ud bawa2 PDA.. ;p

    BalasHapus
  6. Betul sekali, media informasi berkembang sangat pesat. Hal apapun dapat kita bagi diberbagi jejaring sosial. Hal itu pula yang menyebabkan informasi mudah didapat. Nah sekarang kita sebagai pembaca, diharuskan menelaah informasi yang kita dapat, kecerdasan diperlukan disini. Bagaimana mengelola informasi dengan baik sehingga apa yang kita cerna, kita tangkap berdasarkan fakta dan tidak menimbulkan hal yang negatif.

    Perihal ngeblog, banyak sekali motivasi ngeblog. Namun diantaranya banyak juga yang menulis dengan hati, tulisan cerdas, membuat pembacanya berfikir, menuangkan ide positif, sehingga setelah membaca dapat memperolah pelajaran positif. Dan kebetulan sekali saya bisa mampir diblog semacam itu disini.

    Perihal mandor, hal yang terlintas dibenak saya antara lain :"Tukang, borongan, opname, kenek...."

    Salam hangat

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya gak bisa berkata-kata dengan komen sampeyan mas xixixixi. Doa sampeyan terhadap persepsi saya semoga terkabul. Alhamdulillah SUGIH kqkqkqk

      Hapus
  7. Meski saya belum lama ngeblog, rasanya setiap periode tertentu gaya menulis sebagian diantara kita mengalami proses dan perubahan. Waktu dan seringnya mempublish tulisan, mendidiknya menjadi orang-orang yang peka terhadap permasalahan yang ia tangkap dari panca inderanya yang selanjutnya diramu dan diolah menjadi tulisan yang bisa memberikan kemanfaatan orang lain. Maka ia akan menjelma menjadi sosok penulis yang selalu dinanti. Dan tidak sedikit diantar kita yang karena kurang sabar dalam mengolah ide, maka ia asal nulis tanpa mempertimbangkan banyak hal, yang pada akhirnya berujung pada frustasi dan menghilang begitu saja.

    Sebagai rambu terpenting menurut akal dangkal saya adalah, bahwa setiap apa yang kita tulis, kelak akan dimintakan pertanggungjawaban. Tentu saja, jika memberikan kemanfaatan bagi orang lain, Insya Alloh akan menjadi ladang pahala. namun jika kita tidak jujur dalam menulis, sama saja kita menanam duri disetiap pori-pori tubuh kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah senang sekali Pakies berkomen dimari
      Terima kasih atas kunjungannya dan meninggalkan sebuah kata-kata yang sangat bersahaja

      Hapus
  8. Sudah lama gak bertamu ke blog mandor. Blog mandor tempe yang lama udah gak bisa diakses. Salam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah ada tenaga baru untuk menulis kembali
      semoga tetap mengalir tulisan saya di jagad maya
      Terima kasih atas kunjungannya ya

      Hapus
  9. Salam mas
    Dan maaf ya kalo komentar saya ndak sesuai dengan topik :)

    Kok ...saya malah tertarik dengan riset yang sudah mas jabarkan di paragrap akhir..
    Dan hal ini jadi sesuatu yang baru buat saya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. whahaha riset saya abal-abal. saya malah takut kalau-kalau hasilnya malah dipercayai

      Hapus
  10. saya setuju sih memang sepertinya begitu ya, berita yang penuh sensasi yang paling banyak tampil dan tinggi ratingnya... hehee..

    dan masalah broadcast berita bantuan, mgkn blm dilakukan riset mendalam antara yang "hanya benar2 broadcast" dengan yang "menindaklanjuti"... but let's hope for the best..

    karena bantuan berupa donor darah dan ditemukannya anak hilang itu juga dari Allah datangnya. maka terserah Allah mau menggerakkan makhlukNya yang mana sebagai media utk membantu.. wallahu'alam..

    dan ttg pengunjung + komentarnya... saya rasa nggak semua yang membaca tulisan kita akan berkomentar... dan yang berkomentar belum tentu membaca :-D

    balik lagi, tergantung niat penulis, yang penting niatkan supaya tulisannya bermanfaat utk orang lain, yah gak :-D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya benar mbak, mari kita banjiri internet dengan konten yang bermanfaat serta saling menyambung tali silaturahim

      Hapus

Ada komen, silahkan.
Mohon maaf jika tersandung Chapcha, setting saya sudah non-aktif tapi mungkin ini adalah kebijakan blogspot. Terima kasih