Senin, 10 Februari 2014

Ruang mencekam!

Apalagi ya yang harus aku persiapkan? Data hasil produksi selama sehari, seminggu kemarin sudah di tangan. Kemungkinan pertanyaan-pertanyaan yang muncul sudah aku persiapkan jawabannya. Intinya aku harus selamat pada jam-jam tegang itu.
Memasuki ruang meeting benar-benar tertib. Tertib waktu maksudnya.
 Kalau sampai ada yang terlambat masuk ruangan, bisa digoreng di tempat, bisa-bisa malah tidak jadi meeting akibat proses penggorengan itu. Aku tidak tahu, apakah harus dengan begini agar orang-orang bisa benar-benar tertib waktu, menghargai waktu sehingga jadwal bisa berjalan tanpa molor.


Pak bos memasuki ruangan, benar-benar pas dengan waktu yang telah ditentukan. 08:30.

"Ada masalah!?"
Pertanyaan pertama kali yang muncul sudah membuat gentar seluruh peserta meeting. Apa-apaan, siapa saja yang berani ngomong dan menjawab pertanyaan itu berarti siap dihajar. Siap dikejar hingga penentuan siapa yang bertanggung jawab. Beberapa detik belum ada yang berani buka suara. Pak Bos pun menimpali kalimatnya tadi

"Saya dapat komplain dari warung pojok dekat lampu merah, kalau pengiriman kemarin tidak sesuai dengan jadwal." sambil menarik kursinya, kemudian duduk. Suasana tegang, tidak ada yang berani mengangkat muka. Bahkan bergerak pun sulit sekali, atau hanya sekedar memainkan pulpen pun serasa tidak kuasa.
"Kalian kan tahu, itu warung pojok mintanya dikirim pagi, jualan mereka pagi hari. Kenapa sampainya malam hari!?"
Suasana makin tegang. Sorot mata pak bos menatap peserta meeting satu per satu. Tajam, menggilas, Seperti mau makan satu per satu. Ini sebuah dilema, menjawab ataupun tidak pasti akan panjang urusannya. Kalau menjawab dengan kesalahan sendiri artinya menggali kubur sendiri, pasti digoreng juga di ruangan ini. Kalau menjawab dengan meyalahkan orang lain, ya gak enak juga. Dia kan juga temen sendiri, sama-sama kerja di pabrik. Sekarang menunjuk dia yang salah, bisa jadi besok akan ada pembalasan dendam. Maka pilihan terakhir adalah diam.

"Kenapa gak ada yang jawab?"
Pak bos langsung membuka serangan "Ini gimana, produksi? kenapa gak bisa memenuhi target produksi."

Alhamdulillah dapat serangan pertama. Kemungkinan serangan pertama ada 2, jika jawaban tepat maka bola panas akan segera bergulir ke tempat lain. Jika jawaban tidak siap, maka detak jam dinding akan terasa panjang sekali. Pak bos akan berkutat dengan masalah pada serangan pertama, menghajarnya sampai habis.

"Oo tidak bisa, bagaimana saya berproduksi sesuai dengan rencana kalau bahannya saja kurang? Kalau saya boleh, saya beli bahan sendiri di supermarket, tapi kan dilarang. Itu ilegal bagi transaksi pabrik." Jawabanku ringkas, tegas. Aku gak peduli bola liar akan bergulir kemana, tapi yang pasti bukan aku lagi yang dipandang, ditatap, disidang.

"Purchasing,kenapa gak ada bahan?"

"Ini rencana produksi kapan? kok tiba-tiba harus kirim pagi-pagi. Saya gak siap dengan bahan-bahan kalau mendadak begini. Kan bapak sendiri yang bilang, saya gak boleh beli bahan banyak-banyak. gak boleh stok, nanti kalau kebanyakan stok trus basi, siapa yang tanggung jawab. Saya gak mau pak dimarahin, trus disuruh ganti." Jawab purchasing dengan lihai.

Pak bos manggut-manggut. Jawaban kok sepertinya saling menghindar. Dengan nada masih marah, pertanyaan beralih lagi "Planner, bagaimana kamu merencanakan dengan kondisi seperti ini? Apa kamu tidak melihat kondisi teman-temanmu seperti ini?"

"Yang minta orang marketing pak. Saya gak bisa menolak. Meskipun sudah saya paparkan kondisinya, tapi orang marketing tidak mau tahu. Katanya kalau gak dituruti akan dilaporkan pada pimpinan. Saya kan harus mengikuti customer saya, baik itu internal maupun external. Marketing adalah customer internal saya."

"Hmm... begitu ya. Gimana Marketing, apa alasanmu?!"

"Bapak sendiri yang menekankan, setiap ada order jangan disia-siakan. Order dengan sedikit waktu pun harus dilaksanakan dengan baik. Bahkan order yang mustahil pun harus diusahakan dahulu. Maka yang inipun juga saya usahakan untuk dipenuhi, meskipun kelihatannya mustahil, tapi apa salahnya dicoba."

"Kalian itu alesyan semua. Aktualnya customer komplen, customer tidak puas. kenapa order kayak gini aja gak bisa. Kalau begini terus kita bisa kalah saingan.Kalian tahu gak, kompetitor kita sudah berpikir jauh ke depan, sudah mikir bagaimana memajukan perusahaan untuk menjadi pabrik berskala internasional. Masak kita masih gini-gini aja, warung pojok segitu aja gak bisa memenuhi. Gimana kita bisa mengalahkan pasar dunia? Gimana caranya?

Dalam persaingan global di tahun ini ... bla ... bla ... bla ... terusin sendiri deh hingga 2 jam. kalian pasti sudah hafal.

Sebuah ringtone berbunyi, ...
Pengenku smssan wedi karo bojomu, Pengen telfon telfonan
Wedi karo bojomu

Pak bos kelabakan mengambil Handphone nya. segera dijawabnya dengan terbata-bata.

"#&^###&** &*&$&"
"Iya pak ... I ..iya..."
"#^%.."
"OK ... Iya.. "
" ..."
"OK pak, OK .."
"... ..."
"Ok OK iya"
".."
"Iya .. iya Pak.."
"OK pak, OK OK"

Pak bos menutup pembicaraannya, kemudian melangkah keluar ruangan dengan tergesa-gesa.

Kami yang sedang berada di ruangan menahan tawa dengan muka tegang, langsung meledak tawanya begitu pak bos menutup pintu ruangan. wakakaka, Ringtone pak bos ituh, tampang syerem hati koplo. Wediii karo bojomuuu yeaacchhh. Selesai sudah serem-sereman di ruang meeting. Bebas sudah jam horor hari ini. Besok mari kita ulangi lagi adrenalin seperti ini. Meeting dibubarkan paksa dengan tawa.


------------
Untungnya saja kejadian di atas berupa fiksi, coba kalau beneran. Kasihan juga setiap hari mengalami horor di pagi bolong.

32 komentar:

  1. gak matching antara wajah dan ringtone ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wajah kemanaaa ringtone kemanaa
      Gak nyambung mbikin ngakak. tapi siapa yang berani tertawa di depannya ?

      Hapus
  2. hahaha...Ringtone penyelamat :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. segera sudahi sesi ruang mencekam hari ini, besok dilanjutkan lagi

      Hapus
  3. keluar dari ruangan mencekam semangat produksi bisa kendor alamat digoreng esok hari nih.
    Semoga ringtone di hp Bos berbunyi di saat yang tepat lagi.
    Salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sampeyan berani miscall? jam meeting selalu tepat waktu.
      Nanti akan saya berikan nomernya xixixixi, tolong tlp di waktu yang tepat ya

      Hapus
  4. Para peserta meeting...pada selametan dong ya...hehe
    Buat..meeting selanjutnya..pastiin tuh hp pak bos jgn sampe lobet baterenya... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya gak berani pegang-pegang hapenya, apalagi mbantuin nge-charge. terlalu hi-tech. Salah pencet nanti malah lagu itu terdengar kembali

      Hapus
  5. bah! tiwas serius, rupanya cuma imajinasi thok!
    waaaaaah ... ketepu aku hahaha tapi pernah dulu ngalami kek gitu, setiap meeting bawaannya dah stres ae :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. whaahahaha mbak nike, semoga mbak nike bisa memilah yang mana fiksi, yang mana kejadian sehari-hari

      Hapus
  6. Rapat memang bisa bertele-tele apalagi jika pesertanya banyak main sabun,akal-akalan. Debat kusir juga bisa terjadi.
    Bos yang galak di kantor jangan2 bertekuk lutut ketika di rumah ya Mas
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. rapat saling lempar tanggung jawab tidak menyelesaikan masalah pakde. terlalu ribet dengan kejadian yang sudah terjadi. Padahal plan kedepan juga belum jelas. Lebih baik menyusun rencana kedepan daripada mbahas hal-hal kejadian kemarin.
      Biasanya pak bos yang suka marah-marah itu ya juga dapet omelan dari pihak lain. Biasanya juga bawaan dari rumah, dimarahi maksudnya.

      Hapus
  7. ealah Kang ...kang, tiwas aku ikut gregeten sama si Boss yang selalu minta perfect namun jalan keluarnya nggak diberikan dengan baik. Apalagi ditambah ringtone kolplak yang nggak cocok dengan gaya sikap dan ngomongnya.
    jempol dah ceritanya, serasa ikut dimarahin si boss

    BalasHapus
    Balasan
    1. sampeyan yang mbaca ikut geregetan, apalagi yang ikut meeting. Di dalam ruangan malah gak bisa gerak sama sekali.
      Saya ndak usah komen lagunya dah, sudah banyak yang mbahas itu xixixi

      Hapus
  8. benar2 ringtone penyelamat ya hehe
    saya follow blognya ya mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. sampeyan berani pasang po? supaya jadi penyelamat juga

      Hapus
  9. bhuahahahaha...ternyata si pak bos anggota suami takut istri juga...qiqiqiqi

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin juga sih ...
      tapi dari bahasa tubuhnya, kayaknya si bos sedang diomelin oleh salah satu customer

      Hapus
  10. Hahahah ...
    Selera tak bisa ditipu ...
    mangkanya dia marah-marah melulu ...

    Goyang maaaannngg ...

    Salam saya Mas Sus

    (11/2 : 15)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayoo kalau berani minta pak Bos bunyiin ringtone nya kita goyang bareng-bareng di depan kamera
      Terima kasih om atas kunjungannya

      Hapus
  11. Duh...fiksi toh. Saya udah terbawa alurnya yang serem dan berniat mempelajari seni defence mechanissm kayak diatas :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wahahaha itu bahasa apa ya, kok saya baru dengar sekarang
      Saya pikir, bertahan ketika mendapat serangan itu adalah reflek atau sudah kodratnya dari sono. Sudah naluri kata orang kuno

      Hapus
  12. hahaha....
    Jadi kasian ama Bos,ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. begitu-begitu juga namanya bos xixixixi gak kasihan sama anak buahnya

      Hapus
  13. Serem banget sih suasana meeting seperti begitu..
    Kadamg saya mengalami ketegangan meeting, untungnya gak harus tiap hari deh. Kebanyakan hari-hari lainnya mah dibuat rileks aja...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti pabrik sampeyan masih termasuk tempat yang menyenangkan. Semoga betah hahahaha

      Hapus

Ada komen, silahkan.
Mohon maaf jika tersandung Chapcha, setting saya sudah non-aktif tapi mungkin ini adalah kebijakan blogspot. Terima kasih