Selasa, 21 Oktober 2014

Pertanyaan sapaan

Bagi yang sudah pernah merasakan kekerabatan, setiap pertemuan selalu diawali dengan pertanyaan sapaan. Pertanyaan sapaan kadang terkesan basa-basi sebagai pembuka pembicaraan. Adakah anda menjawab pertanyaan sapaan itu dengan serius?

Untuk pertanyaan standar namun jawabannya absurd, mungkin juga malas jawabnya. Seperti Apa kabarnya? Piye kabare? How are you? How do you do? Pertanyaan semacam ini dikesampingkan dulu saja.
Sedangkan pertanyaan pengundang kegalauan seperti : mana pacarnya? kapan nikah? kapan punya anak? kapan kakak ini punya adik? kapan mantu? dan pertanyaan sejenis juga saya pinggirkan terlebih dahulu. Karena pembaca sudah bosan menanyakan dan ditanyai, dengan jawaban yang belum tentu jelas.
Yang mengusung sara untuk perdebatan, silakan kelaut aja deh.


"Waras tah?" Dalam bahasa Indonesia diartikan Sehatkah, bukan waras dari kegilaan. Pertanyaan ini masih sering saya temukan di desa-desa di Jawa Timur. Mau tidak mau anda harus jujur menjawabnya. Orang-orang desa yang sebagian besar adalah bertani sangat kuat tubuhnya. Kepanasan kehujanan setiap hari mengolah sawah, tidak gampang sakit.
Oleh sebab itu, jika salah satu warga sakit akan langsung tersebar ke seluruh desa. Si anu yang rumahnya di sebelah sono sedang sakit, sudah suntik ke pak Mantri 2 kali masih belum sembuh juga. Pertanyaan "waras tah?" sungguh-sungguh ingin mengetahui bahwa rekannya ini sehat.
Berbeda dengan saudara kita orang Cina, Tionghoa. Awal bertemu sambil tertawa-tawa langsung bertanya "Sudah makan belum?" Ternyata kelaparan yang melanda negaranya di sana sangat mendalam. Setiap orang-orang cina yang bertemu sesamanya akan mengingat bahwa dulu leluhur mereka pernah lapar bersama untuk bertahan hidup. Pertanyaan itu ingin memastikan bahwa saudaranya tidak sengsara lagi hidupnya meskipun sudah berbeda era.

Lain lagi dengan orang-orang Minang yang bertemu sesamanya di perantauan. Pertanyaan yang pertama muncul adalah "punya bisnis apa sekarang?" Wow, sungguh menakjubkan. Tekad awal keluar dari tanah minang untuk merantau ke tanah lain adalah untuk kembali dengan keadaan berhasil. Pertanyaan "punya bisnis apa sekarang?" bukan main-main. Bahwa orang-orang Minang harus bisa bertahan di tanah yang dipijaknya. Apalagi bisa sukses membangun sebuah usaha, sehingga sanggup menolong rekan-rekannya yang baru datang merantau.

Assalamu'alaikum. Sebenarnya ini adalah doa. Sungguh mulia doa yang diucapkan. Meskipun bukan suatu pertanyaan, kalimat sapaan ini adalah hukumnya wajib untuk menjawabnya. Bahkan dulu kanjeng Nabi Muhammad pun challange sahabat-sahabatnya, Barang siapa yang pertama kali mengucap salam kepada sahabatnya yang lain, maka dialah yang paling utama. Para sahabat pun berebut berucap salam terlebih dahulu ketika bertemu. Nabi sendiri tidak pernah keduluan berucap salam. Pasti beliau yang paling awal mengucapkan salam ketika pertama kali bertemu para sahabatnya.

Entahlah, saya miris sekali dengan kondisi sekarang. Ucapan Assalamu'alaikum ini adalah doa yang dahsyat. Sayangnya jawabannya sekarang sudah beragam. Jawabannya bisa "Maaf","Yang lain saja","Tidak ada uang kecil". Hey ... sejak kapan jawaban Assalamu'alaikum itu berubah?

14 komentar:

  1. Miris emang ya Bang kalo kasih salam assalamualaikum dijawab yang lain....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apakah mas dani pernah melakukannya? Hayooo ...

      Hapus
  2. aiih... mudah2an kita tetap setia menjawab assalamualaikum dengan yang seharusnya...sebelum meneruskannya dg ucapan lain...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Seharusnya kita selalu menjawab ucapan salam dalam kondisi apapun dan siapun yang mengucapkannya.

      Hapus
  3. Iya nih, akhir-akhir jarang sekali dengar sapaan Assalamu 'Alaikum. banyakan salam 'gaul'nya sih.. Kalaupun dengar salam palingan ketemu teman yang pakai hijab. Setuju sama Mbak Mechta semoga kita tetap setia menjawab Assalamu Alaikum :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang sudah jarang kita mendengar Assalamu'alaikum secara perorangan. Kebanyakan sih dalam pertemuanatau kumpulan. Dan lebih jarang lagi kita mendengar mereka-mereka yang menjawab dengan tulus

      Hapus
  4. Jawaban di akhir paragraf itu bikin mikir mikir

    BalasHapus
    Balasan
    1. Orang yang menjawab berbeda itu biasanya melihat-lihat orang yang mengucapkannya mbak.

      Hapus
  5. Assalamualaikum, saya datang menyapa setelah sekian lama libur ngeblog :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waalaikum salam.
      Selamat datang kembali ke dunia maya bunda. Semoga tambah ramai saja dunia perblogan ini

      Hapus
  6. Alinea terakhir yang mengetuk pintu kesadaran.
    Terima kasih Mas tuk pengingatnya, untuk tak memandang rupa. Salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih, mari kita saling mengingatkan untuk kebaikan bersama

      Hapus
  7. Kalau begitu tetap "Wa'alaikumsalam" sebelum "maaf, tidak ada uang kecil", begitukah? ^^

    BalasHapus
  8. jawaban "Waalaikum salam" itu adalah jawaban yang paling utama sebelum menjawab yang lain-lain.

    BalasHapus

Ada komen, silahkan.
Mohon maaf jika tersandung Chapcha, setting saya sudah non-aktif tapi mungkin ini adalah kebijakan blogspot. Terima kasih