Jumat, 30 Januari 2015
Selalu bersyukur
Kata ikhlas seakan menjadi misteri. Ada banyak orang-orang mengungkapkannya dengan penjelasan panjang lebar bahkan dengen perumpamaan-perumpamaan. Dan ternyata malah membuat bingung. membuat semakin tidak mengerti apa itu ikhlas. Sehingga membuat orang menjadi bimbang "Apakah yang saya lakukan ini sudah ikhlas? Kalau memang belum ikhlas, buat apa saya melakukan ini?" Maka yang muncul adalah sebuah keputus-asaan melakukan sesuatu. Takut dinilai tidak ikhlas karena definisi-definisi yang tidak cocok dengan hatinya.
"Mbok, bagaimana saya bisa ikhlas? Apa sih rahasia ikhlas itu sebenarnya?" Tanya saya sebelum berangkat Jumatan sambil ngopi.
"Pertanyaanmu itu adalah pertanyaan besar. Yang bila dijabarkan oleh siapapun, kamu gak akan pernah puas kecuali kamu mengalaminya sendiri. Mungkin ada pencerahan-pencerahan yang kamu dapat namun terkadang memunculkan pertanyaan baru."
Naah, jawaban mbok Djum malah membuat saya bingung sendiri.
"Jadi harus gimana mbok?"
"Ndak usah muluk-muluk ngomong ikhlas segala. Kamu sendiri menggunakan nikmat yang diberikanNya saja belum tentu sadar. Mulailah dengan menghitung nikmatNya."
Sebenarnya saya mau membantah statemen mbok Djum itu dengan ayat Qur'an yang sudah pasti, QS. An Nahl: 18. Tapi kan mbok Djum gak mungkin ngomong tanpa alasan yang kuat. Saya lebih baik menunggu penjelasan saja daripada pengetahuan saya dibanting.
"Dengan tahu macam-macam nikmat yang diberikanNya, maka hati menuju ikhlas menerima nikmatNya untuk kemudian mensyukurinya. Hidup ini, manusia seringkali tak dapat menemukan hal-hal yang patut disyukuri, karena sering merasa bahwa sesuatu itu memang seharusnya terjadi, sudah biasa. Kulino. Padahal, segala sesuatu tidak terjadi begitu saja. Semuanya karena rahmat Tuhan yang diturunkan secara serius dan detail."
Mbok Djum berhenti sejenak dan mengambil nafas.
"Mungkin dalam pikiranmu sudah tergambar ayat-ayat Qur'an yang sering dibacakan oleh kyai dan ustad-ustad itu. Saya memang tidak hafal teksnya. Hanya saja, tujuan turunnya ayat tersebut sudah terbaca dengan jelas, meminta agar manusia itu bersyukur. Tuhan gak meminta kamu untuk menghitung semuanya, tapi mbok ya tahu diri bahwa nikmat yang diberikannya itu apa saja sih.
Paling tidak kamu bisa menyebutkan 10 macam nikmatnya. atau 30 macam, atau 100, atau 654 macam. Semakin kamu menemukan nikmat-nikmatnya. Semakin rasa syukur dan terima kasih itu membuncah. Semakin banyak kamu menemukan hitungan nikmatNya, semakin besar rasa syukurmu. Semakin ikhlas hatimu. Hingga pada hitungan tertentu kamu tidak sanggup lagi menghitungnya.
kemudian kalimatNya ditutup dengan Maha Pengampun dan Maha Penyayang karena Dia mengerti keterbatasan manusia dalam menghitung nikmatNya."
Saya tahu sebenarnya Mbok Djum ini hafal ayat yang dimaksud, namun demi yang dihadapi adalah saya, ketika dibacakan ayat Qur'an pasti saya ndak akan masuk ke pikiran karena bahasa asing karena memang jarang belajar Qur'an. Terimanya adalah bahasa yang yang saya kenal, bahasa Indonesia.
"Oo ternyata hari ini bisa berkumpul dengan keluarga di rumah dengan selamat. Hari ini masih bisa menikmati makanan yang lezat. Jantung masih terus berdetak tanpa mogok, nafas pun tak pernah berhenti. mata masih dapat melihat, telinga mendengar, kaki berjalan.
Tangan masih diberi kekuatan untuk bekerja, untuk beramal, untuk beribadah, untuk menyenangkan orang lain, untuk berbuat kebaikan.
Salah kaprahnya kita adalah, statement ayat Quran itu dipakai sebagai alasan untuk tidak lagi menyebutkan nikmat-nikmatNya yang telah diberikan kepada kita.
Tuhan saja sudah mewanti-wanti bahwa nikmat itu tidak bisa dihitung kok, ngapain kita jadi repot. Kemudian tidak tahu ini nikmat itu nikmat, kemudian dianggap biasa, kemudian tidak bersyukur, kemudian tidak terima dengan ini dan itu, kemudian menyalahkan Tuhan kenapa saya hanya diberi ini dan segini saja. Jadinya tidak ikhlas dengan kehidupannya.
Tidak bisa menghitungnya bukan berarti tidak menyebutkan nikmatnya yang telah diberikanNya kepada kita."
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nahl: 18).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
apapun ittu, dengan keadaan kita yg penting jangan lupa bersyukur
BalasHapusKata mbok Djum, dengan banyak bersyukur akan mengantarkan hati menjadi ikhlas terhadap semua yang diberikan kepada kita
HapusBersyukur paling tidak bisa menenangkan hati dan jiwa
HapusMemang sering lupa bersyukur untuk hal yang terlihat sepele seperti masih bisa buang angin :D. Tapi seperti mas mandor bilang di postingan sebelumnya, orang indo pada dasarnya suka bersyukur 'masih untung, untungnya'. :D
BalasHapusAllah pun begitu detail mengurusi setiap makluknya, sedangkan kita untuk urusan bersyukur saja masih asal-asalan, tidak serius, sering lupa. Makanya falsafah jawa dengan mantra "untungnya" itu agar mengingatkan kita untuk tetap bersyukur
HapusYang namanya bersyukur itu penting sekali ya :)
BalasHapusSemakin banyak bersyukur akan mengantarkan kita kepada ikhlas (katanya mbok Djum si)
HapusYahh betulll....harus iklhas rela menerima apa adanya...bersyukur untuk hal sekecil apapun
BalasHapusUntuk hal-hal yang kecil harus tetap disyukuri. Untuk hal-hal yang besar tambah lebih bersyukur lagi
Hapusbegitu banyak nikmat yang di limpah Allah kepada kita, hanya saja kita sebagai hamba terkadang melalaikan nikmat Allah tersebut, bahkan sampai Allah memberi peringatan dalam quran surah Arrahman " Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban " (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?)
BalasHapusAlhamdulillah saya mendapat ilmu lagi dari ayat itu (Surat Ar Rahman) Begitu dahsyat ayat tersebut sehingga diulang beberapa kali
HapusTerimakasih Bang. Selalu suka dengan serinya Mbok Djum. :)
BalasHapusSaya senang sekali tatkala ada kesempatan menuliskan apa-apa yang ada di pikiran mbok Djum mas
Hapusselalu mencari celah untuk bersyukur, sekecil apapun itu....semoga saya juga selalu bisa ikhlas, sabar dan tawakal... :)
BalasHapusSyukur merupakan jalan awal untuk menuju ikhlas, sabar dan tawakkal
HapusTakutnya, orang2 lebih banyak menghitung hal2 buruk yang dialaminya. Tanpa menyadari nikmat yg sudah didapat. Sehingga tidak pernah bersyukur..
BalasHapusYang dirasakan hanya buruknya saja susah untuk diajak bersyukur, Padahal ada banyak hal-hal yang patut untuk disyukuri
HapusAh, bener ya, nikmat Tuhan nggak bisa dihitung karena nikmat-Nya banyak banget, bahkan hal2 kecil pun adalah kenikmatan.
BalasHapusMemang benar nikmat Tuhan tidak bisa dihitung semuanya, namun bukan berarti kita tidak mengetahui nikmat-nikmatNya. Hitunglah sampai suatu batas yang memang tidak bisa lagi untuk dihitung
HapusAllhamdulillah hari ini hujan, bersyukur bisa bw dan berkunjung lagi kesini :)
BalasHapusHujan selalu membawa nikmat yang sangat patut untuk disyukuri
Hapusmemang perlu sering2 bersyukur, bahkan untuk hal sekecil apapun. kadang kita selalu melihat ke atas, sehingga tak sadar kalo yg kecil itu termasuk nikmat.
BalasHapusNikmat sekecil apapun harus dissyukuri kemudian dijadikan sebagai doa untuk meminta yang lebih besar. Gak papa toh minta kepada sang Maha Kaya
HapusWaduh, pernyataan Mbok Djum ini kelasnya elit. Bukan lagi menghapal artinya ikhlas dan segala yang termaktub di Kitab dan Hadist lalu di sampaikan lagi ke anak kecil, tapi mbok Djum mengajak praktek ikhlas dengan modal hati. Berat iki, Ndor, beraatt.. :D
BalasHapusJiahahah saya aja sampek muntah-muntah. Santri juga gak pernah lulus. Apalagi mendengarkan nasehat tentang ikhlas kelas tinggi seperti ini
HapusCara termudah adalah dengan selalu mengucapkan hamdalah.. :D
BalasHapusMari ucapkan hamdalah bersama-sama Alhamdulillahi Robbil Alamin. Puji-pujian itu hanya milik Allah karena telah memberikan segala nikmatnya kepadaku
HapusTerus bersyukur apapun yg di kasih Allah, semoakin banyak bersyukur maka insya allah rejeki makin bertambah :-)
BalasHapusIya benar. Dan sudah banyak orang yang membuktikannya. Semakin bersyukur, semakin bertambah pula rezekinya
Hapuskadang manusia lupa bersyukur, saya pribadi juga sering kurang bersyukur atas semua nikmat allah dari sehat, fisik, keluarga dan semua yg kadang saya keluhkan itu bahkan lebih baik jauh malahan.
BalasHapusterima kasih sudah mengingatkan dan terus mengingatkan ya.. salam kenal
Salam kenal kembali.
HapusSegala bentuk syukur akan menerima balasan yang berlipat dari sang Pemilik nikmat