Senin, 24 Februari 2014

My Monday is Yours

Sudah ketemu senin lagi ya. Lepas dari hari minggu, pastinya ketemu senin lagi. Langit terlihat mendung karena subuh tadi tanah diguyur hujan. Jalanan sudah pasti basah, keberangkatan pagi ini pasti banyak menemui kendala. Jalan lubang di sana-sini, licin.

Hayoo siapa yang tadi keluar rumah dengan meninggalkan rasa tidak ikhlas? Keluar rumah disertai teriakan, mutung, omelan, rasa tidak puas, tergesa-gesa, marah ... sekarang minta maaflah, mumpung masih siang.

Saya mengerti perasaanmu. hari senin itu adalah perubahan yang sangat drastis bagi sebuah rutinitas. Yang kemarin libur, sekarang malah disuruh masuk lagi, ketemu orang itu lagi, mengerjakan yang ini lagi. Sungguh membosankan. Tapi tahan dulu sejenak, bersabarlah untuk menunggu sore hari.

Sabtu, 22 Februari 2014

maksudnya apa

Ada ungkapan yang memang tidak bisa dimengerti. Ada juga ungkapan yang tidak peduli pendengarnya mengerti atau tidak. Ada juga ungkapan yang diharapkan pendengarnya mengerti maksudnya tapi malah salah terima. Ada juga yang salah persepsi sehingga fatal akibatnya.
Kita ini dididik untuk selalu, saya ulangi, selalu mengartikan setiap kata yang muncul dari seseorang. Dan kadang kala perkataan kita malah ditanyakan apa maksudnya, padahal sudah jelas-jelas ya maksudnya ya yang dikatakan itu.
Apa susahnya sih berbicara apa adanya, tanpa maksud tersembunyi, tanpa maksud dibalik pernyataan-pernyataan yang dibuat. Agar tidak membingungkan pendengar maupun pengucap.

Senin, 17 Februari 2014

Zaman sudah berubah

Sering kali terdengar perbandingan antar generasi. Dulu, ayahmu, ibumu ini bekerja sangat keras membantu orang tua. Hidup dengan keras agar bisa sekolah, bisa makan, bisa beli sepeda, bisa naik angkot untuk rekreasi ke tengah kota.
Orang-orang tua zaman dahulu itu sangat kuat sekali tirakatnya, jarang tidur, jarang makan, sehingga badannya sehat ucapannya pun manjur. Orang-orang tua zaman dahulu sangat aji sehingga bisa mempengaruhi banyak orang. Berbeda dengan orang-orang zaman sekarang, anak-anak zaman sekarang. Sudah dimanjakan dengan segala yang modern dan serba otomatis.

Anak-anak zaman sekarang sepertinya agak risih dengan perbandingan-perbandingan seperti itu. Lah memang zaman sudah berubah, mau diapakan lagi? Sebenarnya usaha keras itu milik siapa? Apakah hanya milik orang tua terdahulu? apakah anak-anak sekarang atau zaman sekarang tidak perlu lagi kerja keras?
Beberapa anak muda diantaranya melihat lebih gamblang ungkapan tersebut. Bahwa mereka ternyata sudah bekerja keras seperti yang dilakukan oleh ayah ibunya, meski dengan cara yang berbeda. Beberapa lagi malah mengklaim jarang tidur, tidak bisa tidur memikirkan sesuatu. Lho, apa bedanya anak muda dengan orang tua? Sama-sama bekerja, sama-sama tirakat. Masih saja membeda-bedakan.

Rabu, 12 Februari 2014

Butuh 1 orang

Bagaimana kriterianya mempercayai orang? Ketika seseorang melontarkan sebuah ide, ada dua kemungkinan, disetujui dengan atau tanpa syarat, atau ditolak. Dalam hal ini jelas, bahwa ide yang dengan mudah disetujui muncul dari orang-orang yang punya kemampuan, keahlian di bidangnya atau orang yang punya kuasa atas sesuatu. Dan ide yang tertolak, adalah ide dari orang-orang biasa yang tidak pernah tersentuh oleh pendengar-pendengar. Sehebat apapun idenya.

Bagi orang yang ahli, keluasan pengalamannya menjadi rujukan pengeluaran ide tersebut. Seorang ahli musik misalnya, ketika mendengar sebuah reka-reka lagu baru kemudian berucap "Coba chord nya diubah menjadi G C Dm kemudian ke F, suaramu mengikuti larinya chord dan resapi. Semoga cocok dengan syairnya." Maka saran tersebut akan dengan mudah diikuti, karena yang ngomong adalah Anang Hermansyah. Atau seorang presiden direktur umpamanya "Itu daerah Bandung,
 bangun saja 3 pabrik cabang. Pasarnya bagus."
Ucapannya langsung dituruti, langsung jadi. Gak peduli intuisinya benar atau tidak, kalau yang ngomong adalah presdir ya laksanakan.

Bagaimana nasib ide dari orang-orang biasa, seperti saya misalnya? Bahwa kemungkinan ide disetujui itu kecil sekali. bagaimana menyikapinya?

Senin, 10 Februari 2014

Ruang mencekam!

Apalagi ya yang harus aku persiapkan? Data hasil produksi selama sehari, seminggu kemarin sudah di tangan. Kemungkinan pertanyaan-pertanyaan yang muncul sudah aku persiapkan jawabannya. Intinya aku harus selamat pada jam-jam tegang itu.
Memasuki ruang meeting benar-benar tertib. Tertib waktu maksudnya.
 Kalau sampai ada yang terlambat masuk ruangan, bisa digoreng di tempat, bisa-bisa malah tidak jadi meeting akibat proses penggorengan itu. Aku tidak tahu, apakah harus dengan begini agar orang-orang bisa benar-benar tertib waktu, menghargai waktu sehingga jadwal bisa berjalan tanpa molor.

Kamis, 06 Februari 2014

Sahabat air

Mumpung sekarang musim hujan, bolehlah saya ikut-ikutan posting tentang air, boleh ya. Ini cerita tentang masa kecil.

Dulu Guru SD saya menjelaskan bahwa air itu berputar, mempunyai siklus yang melingkar. Air yang ada di permukaan bumi, di laut menguap kemudian menjadi awan. Awan di langit terkena udara dingin dan terjadilah titik-titik air. kejadian ini dinamakan kondensasi. Karena jumlah titik-titik air sangat banyak maka awan tidak mampu lagi menahannya. Turunlah hujan. Hujan di gunung, hujan membasahi tanah, terserap ke dalam tanah. Dari dalam tanah muncullah mata air di berbagai tempat. mata air yang satu dengan yang lain yang berdekatan berkumpul menjadi kali-kali kecil yang kemudian menjadi sungai yang besar dan bermuara ke laut. Air tanah juga bisa diambil dengan cara membuat sumur atau bor dengan kedalaman tertentu.
Penguapan bisa terjadi pada tumbuhan, cucian baju rumah tangga, sungai dan laut. Uap air terbang ke langit jadilah awan dan begitu seterusnya.

Selasa, 04 Februari 2014

Closing

Alhamdulillah sudah keluar dari dari yang namanya akhir bulan. Setiap akhir bulan selalu disibukkan dengan sejumlah angka yang ruwet dan susah sekali untuk diturut asal-usulnya.
Jadi ini ceritanya curhat ya, yang mau muntah silakan, mumpung saya sekarang narsis.
Sejak berpindah bagian di pabrik ini, ternyata pekerjaan yang dipegang benar-benar berubah secara drastis. Yang biasanya saya lihai membuat laporan dalam bentuk slide maupun cerita, sekarang laporannya dalam bentuk angka. Yang biasanya pegang Power Point dan Word, sekarang pegang Excel dan ERP. Yang biasanya bekerja dengan daya khayal tingkat tinggi, sekarang mengharuskan ketelitian tingkat tinggi. Tingginya seberapa?