Jumat, 03 Oktober 2014

Maksudnya apa (2)

Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan saya beberapa bulan silam. Bisa dilihat di sini Maksudnya apa

--***---

Bahkan saya sendiri pun masih belum mengerti dengan pertanyaan ini. Setelah saya ngomong di depan kelas selama 2 jam menjelaskan konsep six sigma, ada pertanyaan dari seseorang yang di belakang.

"Pak, dari semua uraian tadi itu maksudnya apa?"

Saya kaget bukan kepalang. Ini pertanyaan maksudnya apa? Maksud dari pelajaran hari ini ya yang saya katakan selama 2 jam tadi itu. Saya menjelaskan teori-teori dan penghitungan data statistik untuk membatu pengambilan keputusan. Maksud saya sudah saya jelaskan dalam pelajaran tadi.
Apakah saya harus meringkat kata-kata dan slide tadi dengan beberapa kalimat saja? Gak mungkin, lha wong saya ngomong selama itu saja kamu gak ngerti, apalagi disingkat dalam beberapa kalimat saja.


"Maksudnya apa?" Saya bingung menghadapi pertanyaan seperti ini. Ada beberapa macam orang yang terlibat dalam kasus ini. Saya membedakan orang-orang itu sebagai berikut.

Pertama. Guru memberikan pengajaran secara berkala. Ada kalanya murid mengerti, ada kalanya murid paham. Ada kalanya murid tahu maksudnya setelah melalui pengalaman-pengalaman yang hanya diketahui setelah melakukan. Pengajaran Guru biasanya disertai penjelasan "Lakukan saja dulu, nanti kau akan tahu maksudnya."
Sebagai murid yang hormat kepada Gurunya, akan merasa lega bahwa ternyata apa yang dilakukannya masih dalam bimbingan Gurunya. Masih ada kemungkinan menemukan jawaban, entah itu menemukan sendiri atau dijawab oleh Gurunya setelah melalui proses pembelajaran.
Dalam kitab-kitab jaman dahulu pun banyak sekali tertulis sajak-sajak indah. Yang didalamnya terkandung maksud yang sangat tinggi. Nah, loo. Ternyata dalam karya sastra agung pun ada maksud-maksud yang disembunyikan yang hanya diketahui oleh sang Gurunya. Maksud tersembunyi inilah yang hanya bisa diturunkan dari Guru ke Murid. Orang biasa hanya bisa membaca dan melanggamkan saja, tidak bisa menyelami apa maksudnya kecuali diwedar oleh sang Guru.

Kedua. Penanya itu pasti tidak mendengarkan apa-apa yang sudah dibicarakan, apa-apa yang sudah didiskusikan. Maunya matengnya saja, kesimpulannya saja. Padahal kesimpulannya ya keseluruhan pembicaraan tadi itu, tidak bisa diringkas lagi. Kalau diringkas ya malah gak ngerti apa-apa. Orang macam ini sangat kelihatan betapa tidak penting pertanyaannya itu. Bahkan orang yang mendengarkan pertanyaannya saja tidak mampu menjawab.
Ilustrasi di atas, adalah model-model orang seperti ini. Sangat menyebalkan, mengapa dia tidak menyimak pengajaran yang sudah diberikan. Bahwa pemahaman itu bukan hanya kesimpulan namun paham terhadap proses-proses yang berjalan.

Ketiga. Ada semacam ketidak-percayaan akut di dalam pikiran penanya. Bahwa semua kata yang terucap itu pasti mengandung makna, sehingga setiap ucapan-ucapan seseorang tidak begitu saja dipercaya. Harus dipikirkan masak-masak ini maksudnya apa.
Orang seperti ini sedang mempersulit diri. Semua orang dicurigai dengan hal-hal yang memungkinkan disembunyikan. Setiap kata selalu dipikirkan maksudnya. Mencari makna yang terkandung dalam setiap kata. Jangan-jangan ini, jangan-jangan itu.

Keempat. Memang ada maksud tersembunyi dari sang pengucap. Alasannya bisa macam-macam. Termasuk berkelit diantara kata-kata jika benar-benar kejadian. "Kata-kata saya dulu kan tidak bermaksud begitu."
Jika yang disampaikan terjadi maka beda lagi ucapannya "Sejak awal saya sudah katakan, kalian saja yang tidak menangkap apa maksudku."

Naah, anda termasuk yang mana?

12 komentar:

  1. muncul pertanyaan 'maksudnya apa' biasanya karena ada bos yang semaunya memberi tugas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya bos memang menuntut anak-anaknya kreatif dalam menterjemahkan setiap kata-katanya. Lha ini yang jadi rancu ketika hasil terjemahan itu tidak sesuai dengan apa yang dimau

      Hapus
  2. Kalau ada orang yang bersikap aneh, sok akrab, berbuat salah tapi tidak minta maaf, yah keluarlah jurus 'ini maksudnya apa?'

    BalasHapus
    Balasan
    1. wahahaha ternyata ini bisa dijadikan jurus ampuh

      Hapus
  3. bener, sudah ngomong panjang lebar, ujung-ujungnya yang kita omongin, gak paham-paham. ckckck *capedeh*

    BalasHapus
    Balasan
    1. nahh ternyata orang yang bertanya itu bukannya karena tidak mengerti namun memang tidak memperhatikan apa yang telah dibicarakan.

      Hapus
  4. Kalau saya sih biasanya kalo nanya karena emang gak paham dan kalopun paham trus nanya ya karena penjelasannya aga ga masuk akal. Jadi termasuk nomor 3 ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin harus melakukan dulu apa yang diperintahkan dan diajarkan. Setelah melakukan baru akan tahu itu maksudnya apa.

      Hapus
  5. Bila ada penjual ramuan 'maksud' oplosan instan bakalan laris ya Mas. Bakulan jamu (penjaminan mutu) yang dirindu seduhan matengnya saja.
    Salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau maksudnya adalah jualan jamu ya langsung saja bicara jualan jamu serta menyediakan jamu-jamuan yang dimiliki. Jamu yang gamblang akan mudah mendidik masyarakat, jamu yang disembunyikan diantara ekonomi global akan membuat masyarakat pusing.

      Hapus

Ada komen, silahkan.
Mohon maaf jika tersandung Chapcha, setting saya sudah non-aktif tapi mungkin ini adalah kebijakan blogspot. Terima kasih