Senin, 24 Maret 2014

Ilmu Manfaat

Ilmu bisa dipelajari di mana-mana. Di bangku sekolah, di madrasah, di pondok pesantren, di perkumpulan-perkumpulan, di seminar, di pasar, di alam raya ini semuanya ada ilmunya yang bisa dipelajari.  Dari sekian banyak ilmu yang didapat, berapakah yang benar-benar dilaksanakan? Apakah ilmu tersebut mengubah tindakan?
Maka status fesbuk saya update sebagai berikut:

"Buah dari ilmu bukanlah pengetahuan, melainkan tindakan. Pengetahuan yang luas tanpa tindakan, masih belum berguna ilmunya."
Mar 4


Ilmu hanya akan menjadi pengetahuan diri jika hanya didiamkan dan disimpan di kepala. Jika seseorang mendapatkan ilmu, teknik memupuk padi secara efisien misalnya. Meskipun dia sudah hafal di luar kepala tentang teknik memupuk padi tapi kok tidak dilaksanakan, ya tetap saja habis banyak pupuknya, tidak efisien, Tetap saja boros penggunaannya. Hasilnya pun tetap, tidak ada peningkatan karena ilmunya tidak digunakan. Begitu pula dengan ilmu yang lain, ilmu bisnis, ilmu pengobatan atau kedokteran, ilmu keuangan, ilmu agama atau ilmu-ilmu yang lain.
Orang yang banyak memiliki ilmu tapi tidak menghasilkan tindakan, pasti akan dianggap percuma ilmunya. Hanya pandai mengkritik saja namun tidak bersegera memperbaiki kesalahan. Orang macam ini sesungguhnya tidak dibutuhkan di masyarakat.

Sebenarnya tujuan ilmu adalah memperbaiki tindakan, memperbaiki akhlak. Dengan bertambahnya ilmu, efeknya adalah sebuah tindakan untuk perbaikan, sekalipun pertambahan ilmunya sedikit. Orang mendapatkan ilmu sedikit namun melaksanakan dengan sungguh-sungguh akan menjadikannya hafal, mahir, ahli dalam ilmu tersebut.

Yunan Yusmanto
"Jarene kuwi ilmu yang bermanfaat..."

Benar juga komen mas Yunan di atas. Dengan adanya tindakan atas dasar ilmu, akan banyak sekali orang yang terbantu. Akan banyak sekali orang yang termudahkan. Terasa manfaatnya di masyarakat.
Mas Yunan ini yang asli Arema ini, dulu teman sekelas saya di kampus. Dia sudah melanglang buana bekerja di berbagai perusahaan. Dengan ilmu yang didapat selama bekerja, dia mendirikan usaha sendiri. Usaha Kue brownies dan usaha fotografi. Ilmu yang didapatnya diterapkan pada bisnisnya sendiri. Hal ini langsung berdampak kepada masyarakat sekitar dengan adanya tenaga kerja yang terserap. Dia juga sering diundang sebagai pembicara dalam rangka menumbuhkan wirausaha mandiri. Ahh, teman saya yang satu ini memang top.

Di status saya yang lain menuliskan sebagai berikut:

King Maker

Apakah anda sudah ikhlas ngasih ilmu? ikhlas memberikan pengajaran? Kok masih takut-takut ngasih ilmunya, takut tersaingi. Jangan-jangan dia nanti jadi lebih hebat, lebih berkuasa, lebih kaya. Jangan-jangan anda takut tersaingi.
Maka anda pun ngajari pemula naik sepeda dengan ban kempes, kurang angin. Pemula itu jatuh-jatuh terus, belok-belok terus mencari keseimbangan, frutasi kenapa gak bisa-bisa naik sepeda. Ban anda sengaja kempeskan agar dia tidak cepat bisa, tidak cepat pandai, agar anda tidak tersaingi.
Tahukah anda, setelah pemula itu bisa menguasai sepeda kempes itu, dia sadar dengan sendirinya banhwa ada yang salah dengan rodanya. bahwa ternyata selama ini pemula itu sengaja disengsarakan. Ada ilmu yang disembunyikan. harusnya sepeda itu mudah, kenapa ini susah. Begitu sang pemula memompa bannya, dia langsung mahir dengan sepeda normal tersebut bahkan lihai berakrobat putar di udara, roda satu, lompat-lompat, dan antraksi lainnya karena hal-hal tersebut sudah dipelajari ketika belajar dengan ban kempes.
Mar 16

Status ini juga berbicara tentang ilmu. Maksud pertanyaan yang saya ajukan adalah, kalau memang mau berbagi ilmu jangan ada perhitungan. Ilmu itu semakin dibagi akan semakin bertambah. Akan ada hal-hal baru selama proses pengajaran tersebut.
Maka harus dibedakan antara pelit ilmu dengan pendidik (king Maker). Orang yang pelit ilmu akan mempersulit. Memberikan ilmu tentang sesuatu tapi tidak lengkap, sehingga yang ikut akan kesulitan. Hal ini didasari rasa takut akan tersaingi, takut lebih pandai dan ketakutan-ketakutan lain yang semu.
Padahal, seorang King Maker akan memberikan semuanya. Memberikan ilmu disertai penjelasan-penjelasan yang valid, meskipun kadang tidak disadari oleh peserta didik. Seorang King Maker hanya berfokus pada keberhasilan. Semakin bagus muridnya akan menunjukkan kepiawaian King Maker itu sendiri dalam mendidik.

Sebuah komen dari status tersebut :

Afrizal Syafri
Kapan kapan kita ngobrol lagi yok...

Pak Afrizal Syafri ini adalah sosok saudagar bajumuslim di bekasi. Omsetnya milyaran per bulan. Pak Afrizal ini menurut saya adalah salah satu King Maker di dunia wirausaha di daerah Jabotabek. Sudah banyak orang-orang yang berhasil dibimbingnya dalam berwirausaha.
Dan beliau berkenan ngajak ngobrol. Jika seorang yang mumpuni mau ngajak ngobrol, saya pun bersambut dengan baik. Inilah kesempatan saya untuk menjadi King di dunia yang saya geluti.
Semoga ....

4 komentar:

  1. ilmu dan tindakan harus sejalan ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya benar bunda, ilmu itu harusnya memperbaiki tindakan, bukan malah didiamkan atau disembunyikan

      Hapus
  2. ini kayaknya Pak Mandor dapat petutur lagi dari Mbok Djum yaaa.... ??

    intinya, jangan omdo ya Pak Mandor...
    lebih baik langsung aja bertindak dengan ilmu pengetahuan yang kita punya...
    siapa tau ada manfaatnya bagi orang2 disekeliling kita , ya gak?

    Ikut mengaminkan doanya Pak Mandor ....

    salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaa bunda kok tahu aja hal ginian. Padahal saya gak nyebut mbok Djum. Saya kangen dengan mbok Djum, pengen menuliskan lagi kata-katanya

      Hapus

Ada komen, silahkan.
Mohon maaf jika tersandung Chapcha, setting saya sudah non-aktif tapi mungkin ini adalah kebijakan blogspot. Terima kasih