Kamis, 20 November 2014
Resah
Bayangan Perempuan Desir Angin menyesaki pikiran. Tentang gambaran yang bernama kenangan. Aku tidak bisa mengelak, bayanganmu terus menghujam sejak kutinggalkan pintu itu dengan amarah.
Tentang senyumanmu ketika bertemu, begitu antusiasnya kamu bersegera menemuiku dengan berusaha tampil secantik mungkin. Tentang kamu yang berpura-pura memarahiku, padahal itu adalah tanda permintaanmu untukku memotong rambut. Tentang kesalahanmu yang begitu mudah kumaafkan, menumpahkan kopi ke bukuku Dasar Teknik Digital dan Komputasi Analog. Tentang kamu yang menyeretku untuk segera merasakan nasi goreng si Bontot yang menurutmu pualing enak sedunia.
Wajahmu yang teduh. Senyummu yang mengulas bagai mekar bunga. Kamu begitu cantik, tidak membosankan. Kata-katamu merasuk ke dalam hati. Terselip penyesalan kenapa aku kemarin itu sebegitu marahnya kepadamu. Seharusnya aku menepati janjiku tidak marah saat itu.
Tentang bagaimana kamu memancing emosiku, ketika menghadapi pertanyaanmu merenyeh tentang cinta, tentang sayang. "Apakah kamu mencintaiku? Apa kamu sayang aku?" Dan akhirnya aku menjawab dengan panjang "Iyaaaaaaa.....! Puas?!"
Kamu tertawa.
Dengan serius tiba-tiba kamu bertanya "Cewek seperti apa yang kamu inginkan jadi istrimu?" Dia sedikit berpikir, kemudian matanya berbinar. "Tunggu dulu, jangan dijawab. Kalau aku sih pengennya nanti punya suami jujur, pengertian, bertanggung jawab, perhatian, tegas, dewasa, pintar, cerdas, setia, penyayang, sopan, murah senyum, rapi dan merawat diri, taat beribadah, romantis, humoris, penyabar, mandiri, bisa diandalkan, dan ... apa lagi yaaa."
"Apaa..?" Mataku melotot, protes!
"Xixixi ..." Kamu tertawa renyah. Tawamu itu ngangenin.
Tentang masa depan yang sudah kau gambarkan. Terkadang aku masih malu-malu mengakui bahwa sebenarnya aku belum mampu. Belum mampu berpikir ke arah sana. Memikirkan kapan lulus sekolah saja masih belum berani. Hanya bangga dengan status mahasiswa dengan semester akhir.
"Ini bukan masalah aku kerja dan kamu masih sekolah. Ini masalah bagaimana kamu menghadapi hidup!" Katamu suatu hari. Kamu pengennya aku ketemu sama Bapakmu. Hanya sekedar kenal saja, boleh dong.
"Nanti kalau aku tidak bisa mendapatkan pekerjaan tetap, bagaimana masa depan?" Begitu jawabanku selalu, menggantung.
"Jadi cowok kok gak pede, Apa itu?!" Jawabmu ketus.
Benar-benar nonjok yang ini. Meskipun menghakimi, aku melihat ini adalah caramu untuk membangkitkan semangatku untuk mendapatkan dirimu. Kutahu di dalam hatimu sedang berkata "Kamu bisa, Ka."
Sekali waktu kau membuatku sangat merindumu, sejurus kemudian kau membuka cerita tentang apa yang Ray lakukan kepadamu. Itu membuatku cemburu, sangat. Meskipun dengan segera kau mengungkapkan cintamu kepadaku saat itu. Kau memang pandai memainkan perasaan.
***
Biarlah sekarang aku yang telepon saja. Toh sudah 3 hari sejak aku mendiamkan teleponnya. Kuambil hapeku dan kucari nama Perempuan Desir Angin. Begitu ketemu, sebuah telepon masuk. Namamu yang tertera. Ada apa? Sudah 3 hari ini kamu tidak telepon dan sekarang secara kebetulan bersamaan waktu keinginan untuk telepon. Kuangkat panggilannya.
"Kaka ....huuhuu..." Suaranya menangis jelas.
"Ada apa? Ada apa?" Ada sesuatu yang tidak biasa. Aku mengenalmu dengan baik, bahkan setiap suaramu yang keluar bisa kuraba perasaanmu yang sedang terjadi.
" ... " Hanya terdengar isak tangis yang belum berhenti.
"Ada apa?" Aku jadi tidak nyaman.
Kamu menutup teleponnya. Ada apa ini? Tidak seperti biasanya kamu seperti ini. Menutup telepon tanpa kata apapun yang keluar. Belum terjawab semua pertanyaan-pertanyaan di kepalaku, sebuah SMS masuk.
"Ray dirawat di RSHS sekarang. Aku minta ijin untuk menemaninya di sana."
Aku panik seketika ...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
nyimaks gans
BalasHapusTerima kasih
HapusAih kok Ray lagi.
BalasHapusIkut sedih euy.
Cerita segitiga yang aneh, mirip lagunya frente. Saya juga bingung mengambil keputusan dalam kondisi itu
HapusPilihan kata-katanya bagus. Kapan aku bisa seperti ini? :D
BalasHapusMenulis yang banyak tidak ditunda-tunda. Nanti akan terasah dengan sendirinya.
Hapuskembali menikmati elegi perempuan desir angin..
BalasHapusmasih banyak cerita-cerita yang indah, yang menggugah jiwa dan kehidupan tentang Perempuan Desir Angin ini. Semoga saya masih bisa menuliskan semua, Semoga mbak Prih berkesempatan untuk menikmati terus cerita-ceritanya.
HapusSebagai seorang perempuan, saya mencoba menebak saja, Perempuan Desir Angin itu tidak sedang meminta ijin. Tetapi sedang "memberitahu". Diijinkan atau tidak, Perempuan Desir Angin akan tetap berangkat menemani Ray.
BalasHapusHaaa ... kok bisa sih mbak membaca alur ceritanya. Apa karena saya gak pinter nulisnya, apa karena sesama Perempuan?
Hapusanyway, ditunggu saja cerita selanjutnya
Ray itu siapa ya?
BalasHapusRay, yang bertemu dengan Perempuan Desir Angin sebelum aku.
HapusLhaaa ... jadi ceritanya ini mbulet
Ciyan si Ray :'
BalasHapusdirimu pernah merasakan seperti itu gak ?
HapusPerempuan memang membingungkan. #eh
BalasHapus