Perempuan Desir Angin, cerita sebelumnya ada di sini Resah
Bulan Rajab sedang berjalan menuju akhir. Sebelum nantinya bergulir ke bulan sya'ban. Bulan yang membuat sebagian orang menjadi sangat sibuk dengan persiapan-persiapan yang bulan berkah. Pikiran sudah tidak berada di tempatnya berada. Sedang kerja pikiran di rumah, sedang bertugas pikiran di kampung, sedang membetulkan mesin pikiran di mall.
Bulan Rajab diiringi dengan siang yang panas terik. Musim penghujan sudah lewat masanya, diakhiri dengan hujan deras disertai petir beberapa hari yang lalu. Hujan yang sangat deras dan tiba-tiba, yang terjadi tidak lama. Seakan-akan alam marah dan ingin menunjukkan kekuatannya kepada manusia yang ada.
Seperti halnya teleponmu kemarin yang secara tiba-tiba. Sungguh mengejutkan. Sama seperti hujan petir yang datang tempo hari. Mungkin aku tidak terlalu menganggap sebuah firasat, namun ada kalanya itu adalah pertanda yang aku sendiri tidak menyadarinya. Sebuah telepon yang secara redaksional "meminta izin" untuk menjenguk Ray, namun yang sebenarnya ini adalah sebuah ungkapan cinta.
Dalam pikiranku terus berkecamuk, cinta yang mana? Kekasih sedang sakit atau meminta izin kepada kekasih untuk pergi?
Ah ... kamu, Perempuan Desir Angin, selalu pandai menempatkan diri diantara dua. Aku dan Ray, atau bahkan kedua-duanya tidak kau lepas, kau genggam erat dengan cintamu. Sehingga baik aku ataupun Ray tidak akan melepaskanmu.
"Bentar ... jangan pergi dulu! Tunggu aku menjemputmu! Kita jalan bersama ke sana."
Begitu kataku spontan setelah kamu selesai telepon. Kamu tidak bisa berkata-kata lagi, hanya terisak. Mengingat Ray juga kekasih. Namun aku juga tidak tinggal diam, membiarkan kamu berjalan sendiri di tengah kota yang belum pernah kamu jalani sebelumnya.
Ke RSHS, Bandung.
Aku sudah tahu, bukan itu sebenarnya jawaban yang kamu minta. Kamu sebenarnya ingin aku menjawab iya, mengijinkanmu berangkat ke RSHS sendirian. Kamu sudah terbiasa mendaki gunung, maka menaklukkan sebuah kota tidak akan menjadi masalah. Angkot tersedia banyak dan bisa ditanya setiap waktu. Tapi aku tidak mengizinkanmu melakukan itu. Ada sebuah pertimbangan sendiri bagiku untuk melarangmu.
Aku sudah berjanji tidak akan melepaskanmu begitu saja. Pernah suatu kali kamu protes "Mengapa kamu melarang-larang aku ini itu?" aku dengan santai menjawab "Karena kamu milikku."
Kamu adalah orang yang punya argumen yang kuat, kalau memang tidak logis akan terus dikejar pertanggung jawabannya hingga tuntas. Namun kali ini sebuah percakapan yang membuat kamu terdiam. Tidak biasanya seperti itu. Aku tahu di hatimu setuju dengan jawabanku. Matamu menatapku tanpa kedip, terlihat sedikit senyumanmu tersungging, meski kamu berusaha menahannya.
Kulanjutkan kalimatku dengan setengah berbisik "Karena kamu adalah Perempuan Desir Angin."
Aku yakin kamu belum tahu apa artinya itu, suatu saat akan aku ungkapkan, akan aku jabarkan semua dengan penuh cinta.
---:---
Kini aku sudah berada di atas kereta. Kutinggalkan kuliahku untuk sementara waktu. Tidak ada masalah dengan absen, tugas ataupun materi. Semuanya sudah kuperhitungkan aman untuk seminggu ke depan. Pikiranku terus melayang-layang kepadamu selama perjalanan.
Apakah cinta ini akan terus begini? Aku - Kau - Ray
Benar-benar sebuah cinta yang rumit. Ray sudah menemukanmu lebih dulu. Namun kamu juga menerimaku, meski statusku masih mahasiswa.
Kamu sudah bekerja, begitu juga dengan Ray. Bahkan menurut ceritamu, Ray sudah merintis sebuah bengkel sendiri untuk mimpi besarnya, the Power of Dream. Sebuah slogan yang selalu dipakai Ray untuk mewujudkan impiannya. Mirip sekali dengan tagline motor terkenal di Indonesia. Dan itu selalu membuatku cemburu, SELALU! Karena ketika kamu mengucapkan itu, kalimat berikutnya tersambung dengan Ray. Gak sukaaaa ....
"Kaka nyampe mana?"
"Nyampe Blitar"
...
"Kaka nyampe mana?"
"Nyampe Madiun"
...
"Kaka nyampe mana?"
"Nyampe Solo"
...
"Kaka nyampe mana?"
"Nyampe Semarang"
...
"Kaka nyampe mana?"
"Nyampe Cirebon"
...
"Kaka nyampe mana?"
"Sabar ya say, Matarmaja memang tidak bisa diandalkan soal waktu, namun harganya sangat ekonomis. Sebentar lagi sampai Jatinegara. Begitu sampai aku langsung meluncur. Tunggu sebentar, sabar yaa..."
Turun kereta disambut dengan cuaca panas terik. Sepertinya kulitku tidak terbiasa dengan udara di kota ini, langsung berkeringat dan lengket. Perubahan udara yang panas dan lembab ini harus segera kuatasi. Harus banyak minum untuk menjaga stamina.
Aku bergegas mencari angkutan untuk mencapai rumahmu. Semoga angkutan ini berjalan cepat menuju rumahmu. Begitu aku sampai di depan rumah, kupanggil namamu dalam hati. Kalau memang kamu mendengarnya kamu pasti membuka pintu.
Naah, benar! Kamu membuka pintu. Semerbak wangi menyeruak. DKNY Delicious kesukaanmu, aku masih mengenalinya.
Bagaikan bertemu dengan seorang bidadari yang sangat dirindukan. Seperti kekasih yang tidak bertemu selama 7 tahun. Benar-benar kangen. Ingin sekali aku memelukmu.
Kubentangkan tanganku "Aku sudah sampai."
"Tidak, kamu tidak boleh memelukku! Cepat mandi sekarang juga!"
...
"Apa waktunya cukup?" Begitu tanyamu kepadaku setelah aku selesai berganti pakaian.
"Ayo berangkat sekarang juga." Jawabku spontan.
"Tapi kaka kan baru sampai, masak harus sekarang juga berangkatnya?"
"??!"
Gimana sih, kemarin waktu telp rasanya ingin benar-benar langsung menuju ke RSHS sana. Tapi pas aku sudah siap berangkat, ada saja pertimbangan-pertimbangan lain. Tidak usah kau risaukan aku say. Sekarang yang kita hadapi adalah Ray, dia sedang sakit. Kamu ingin menjenguknya, barangkali dengan kedatangan kamu bisa memberikan kekuatan baginya untuk berjuang sembuh.
Segera kupegang tangannya dengan lembut. Eh ... aku memegang tangannya. Sangat jarang sekali aku memegang tangan perempuan, apalagi kamu. Selalu menolak ketika aku mengulurkan tangan. Membantumu atau menggandengmu, susah sekali, selalu saja kau tepiskan. Kini kupegang kedua tanganmu, berhadapan. Kutatap matanya, kuyakinkan kalau aku tidak apa-apa.
"Ayo berangkat sekarang juga."
"Tapi ..."
"Tidak usah kau pikirkan hatiku seperti apa. Ayo berangkat, sebelum aku berubah pikiran dengan semua ini."
matamu berbinar. Ahh mata itu, mata yang selalu membawa cahaya dan semangat bagi siapa saja yang kau berikan pandangan seperti itu. Termasuk aku yang saat ini sedang memandangmu. Ayo say, kita berangkat bersama. Biarkan aku yang mengantarmu ke sana. Meski dengan hati berdarah. Biar aku sembunyikan saja di sudut hati ini.
---:---
RSHS
Setelah tanya sana-sini, akhirnya ketemu juga ruangan Ray tempat di rawat.
"Kamu masuk saja, aku tunggu di sini." Begitu kataku kepadamu. Agar kamu mantap membuka pintu itu dan berada di dalamnya.
"Apapun yang kau katakan, dia pasti mendengarnya. Meskipun dia sedang pingsan atau tertidur. Jiwanya tetap bisa mendengarmu. Bicaralah dengannya sebagai kekasih, berilah semangat bagi hidupnya. Mintalah dia untuk segera sembuh." kataku melanjutkan.
"Kamu tidak marah, ka?" Pertanyaan itu seakan-akan sebuah penyesalan.
"Sudahlah, masuk saja. Aku menunggu di luar." Aku melepasmu ke orang lain dengan berat hati. Eh, bukan orang lain, tetapi kekasih yang lain. Sungguh tidak bisa dimaafkan. Tapi ini tidak bisa dibahas dalam lingkup cinta. Harus dikesampingkan dulu.
Aku mencoba untuk mendekati pihak keluarga yang sedang berkumpul. Langsung saja mengakrabkan diri mengajak bersalaman dengan orang-orang yang ada di sana. Ada sekitar 5 orang yang menunggu di rumah sakit ini. Baru kuketahui ternyata orang yang paling dewasa
adalah paman Ray. Orang tuanya sedang pulang ke rumah, jadi gantian yang jaga. Paman Ray menyambutku dengan ramah. Aku mengajak
berbicara dengan santai, beliau terkejut sekali ternyata aku datang dari jauh naik Matarmaja untuk menjenguk Ray. Ternyata Ray punya banyak teman yang sangat perhatian dengannya.
Kuajak ngobrol ringan seputar kondisi Ray. Dari Paman Ray kuketahui bahwa Ray mengidap kaker otak stadium 3. Ugh, benar-benar diluar dugaanku kalau harus terjadi begini. Paman Ray pun bercerita panjang lebar seputar Ray dan analisa dokter.
Perempuan Desir Angin telah berada di ruangan bersama Ray. Aku terus menahan untuk tidak mengganggunya, tidak merisaukannya di dalam ruangan tersebut. Setelah sekitar 2 jam akhirnya kau keluar juga dari ruangan. Aku segera menyambutnya.
Paman Ray pun menyambutnya dengan hangat "Gimana keadaannya. Semoga kedatanganmu memberikan dukungan kepadanya."
Kamu tersenyum "Semoga Ray segera bangun dan segera sembuh om."
Hei ... kok dia sudah mengenalimu? Bagaimana? Begitu rumit sekali cerita ini. Aku tidak menyangka kalau kamu dari dulu sudah kenal dengan keluarga Ray.
Perempuan Desir Angin memandangku dengan teduh
"Lila menemani Ray di dalam. Aku sudah menitipkan Ray kepadanya. Aku kasih tahu apa-apa yang aku ketahui tentang Ray kepada Lila. Sebaiknya biar Lila yang berada di dekatnya. Aku tidak mengganggu keduanya untuk sementara waktu."
Kamu tersenyum kepadaku. Namun ada setitik air mata di sudut matamu itu. Kamu tidak bisa menyembunyikan itu dariku say. Kemudian kamu mengajakku berpamitan kepada Paman Ray untuk pulang.
Ada bagian-bagian yang belum aku mengerti tentang semua ini.
sabar ya :)
BalasHapusterima kasih mas obat luka bakar, terima kasih atas kunjungannya semoga barokah
Hapussakit luka bakar juga ya..? :D
HapusKasian banget si Ray :'
BalasHapuskok beby malah melihat Ray doang, aku gimana ?
HapusKasihan kisah percintaannya. :)
BalasHapusRay nanti sembuh kan ya. :D
Semoga Ray bisa sembuh ya. Terima kasih doanya. Aku pun berharap begitu
Hapusambil hikmahnya aja ya :)
BalasHapusTerima kasih telah berkunjung
HapusSepertinya masih lanjut ceritanya, gantung klo endingnya gtu
BalasHapussalah timingnya nih
BalasHapusceritanya pantesnya bagus mendayu dayu ga cocok dibaca jam segini sambil ngantuk, hehe
Walau waktunya gak pas, ceritanya masih bisa dinikmati kan
HapusBang Mandor, cara berceritanya keren. Ditunggu lanjutannya.
BalasHapusLanjutannya masih menunggu wangsit dari langit. Yang sabar ya menunggunya
HapusPenasaran nih, masih menggantung.. Terbawa cerita yg keren
BalasHapusCerita yang digantung akan selalu ditunggu-tunggu penggemarnya xixixi...
HapusSetitik air di sudut mata itu begitu berkesan.
BalasHapusTerima kasih Pak Azzet atas apresiasinya
HapusKaka, nitip jaga perempuan desir angin ya.
BalasHapusSalam
Perempuan Desir Angin akan selalu dalam pengawasan saya kok.
Hapus