Selasa, 16 Desember 2014

Bekerja itu ya bekerja


Diskusi di warung siang ini sangat interaktif. Menyangkut kerja yang tiada habisnya digeluti oleh semua orang. Ada banyak karyawan pabrik yang makan di warung saat itu sehingga banyak sekali aneka jawaban yang muncul. Dan itu sangat menggugah pola pikir saya.

"Bagi kalian, bekerja itu untuk apa?" Begitu pertanyaan Mbok Djum di sela-sela pekerjaannya membungkus nasi pesanan orang yang datang.

"Berbakti kepada Bangsa dan Negara." Jawab salah seorang karyawan.

"Bo'onggg... Mungkin kalau kamu sekarang jadi Guru di tempat terpencil dengan gaji minim atau bahkan tanpa gaji baru saya percaya. Kalau kamu sekarang jadi Dokter di tempat yang tidak terjangkau tanpa fasilitas apapun tanpa gaji, baru saya percaya." Begitu komentar Mbok Djum tanpa tedeng aling-aling.


Beberapa karyawan lain juga urun memberikan jawaban pertanyaan Mbok Djum tersebut.

"Buat makan Mbok."

"Agar bisa membantu orang tua, adik, saudara yang masih susah."

"Modal buat nikah dan beli berlian serta bangun istana."

"Untuk cari uang, menyambung hidup."

Mbok Djum tersenyum mendengar berlian dan istana itu. Hanya untuk menyenangkan hati siapa tahu suatu hari nanti bisa tercapai.

"Baik, pada intinya yang kalian sebutkan itu adalah agar bisa mendapatkan penghasilan. Setelah mendapatkan penghasilan terserah mau digunakan untuk apa. Begitu kan?! Gak ada masalah dengan itu. Bekerja untuk mendapatkan penghasilan sudah umum dilakukan untuk manusia. Atau jawaban untuk membantu keluarga, biasanya diucapkan oleh orang yang baru lulus sekolah dan baru merasakan pertama kali bekerja." Jawab Mbok Djum dengan tenang.

"Ada gak yang pernah menemui orangnya gak kerja tapi punya ini itu?" Tanya Mbok DJum melanjutkan.

"Oo sering Mbok, dan itu pasti ada apa-apanya. Gak mungkin banget." Jawab seorang karyawan.

"Naah, ternyata jadi gunjingan juga. Orangnya terlihat santai, luntang-lantung kesana-kesini gak ada kerjaan tapi rumahnya besar, mobilnya banyak dan mengkilap. Jangan-jangan dapat uang korupsi atau menang lotere.

Orang yang tidak bekerja dan tidak punya keahlian namun punya harta banyak menjadi turun derajatnya di mata orang. Orang akan memandang sebelah mata. Bahkan tidak jarang berburuk sangka.
Masih teringat tentang teman-teman kita Dtech-Engineering. Hanya karena tidak kelihatan bekerja, Arfian Fuadi (28) dan Arie Kurniawan (23) sempat dianggap punya piaraan tuyul atau sedang menjalankan pesugihan. Bagaimana tidak, lulusan SMK tidak kerja dimana-mana, hanya mengurung diri di rumah kok bisa-bisanya mendapatkan uang banyak untuk membangun rumah dan membeli mobil." Mbok Djum menjabarkan kata-katanya agar kami mengerti maksudnya.

"Ada jawaban lain? Kerja itu untuk apa?"

"Kerja untuk membantu orang lain Mbok." Saya memberanikan diri untuk menjawab.

Kalau jawaban itu masih tergantung suasana hatimu. Kalau hatinya masih dalam taraf thoriqot maka kerja akan dirasa berat. Hal-hal yang dikerjakan masih diperhitungkan untung ruginya.
Kalau hatinya sudah dalam taraf hakikat maka kerja sudah dirasa sebagai pelayanan kepada orang lain. Seorang jualan bakso misalnya. Yang menjadi fokus adalah bagaimana menyediakan semangkuk bakso yang enak, mengolah bahan-bahan supaya menghasilkan sebuah makanan yang menggugah selera, memuaskan pelanggan. Maka uang pun akan ikut dengan sendirinya, akan datang dengan sendirinya. Derajat pun akan menyematkan dengan sendirinya. Tukang bakso pualing enak di pusat kota, misalnya. Maka pelayananmu itu termasuk yang mana?"

"Ada lagi pendapat yang lain?"

"Kerja ya untuk bekerja mbok."

"Memang manusia itu sudah hukum alamnya diciptakan untuk bekerja. Manusia itu normalnya adalah bekerja. Bahkan sebagai pelayan Tuhan pun sejatinya dia bekerja untuk melayani Tuhan. Sehingga segala kebutuhan hidupnya dicukupi dengan kuasaNya. Derajatnya pun diangkat olehNya."

"Jadi kesimpulannya apa Mbok?"

"Kesimpulannya, simpulkan sendiri!"

Bel masuk berbunyi tanda makan siang harus diakhiri dan kembali ke tempat kerja masing-masing. Masih dengan pikiran masing-masing, Kerja itu untuk apa.

30 komentar:

  1. mbo djum smart banget yak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbok Djum memberikan gambaran tentang apa itu kerja. Untuk kesimpulannya diserahkan kepada masing-masing orang
      Saking pinternya mbok Djum hingga membuat saya mikir

      Hapus
  2. Ngga pengen kerja, tapi ngga punya duit. Lha ngerampok jugak bisa dikatain kerja. Hahah.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Horee beby cerdas sekali. Ngerampok dan maling juga termasuk kerja bahkan taruhannya nyawa

      Hapus
    2. Sayangnya pekerjaan itu haram ya, Bang. Hihihi :P

      Hapus
  3. Memang kerja itu wajib ya bagi siapapun, ngga pria ngga perempuan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih nggantung, apakah kerja itu wajib atau enggak. Laki-laki atau perempuan bekerja malah jadi perdebatan panjang.
      Yang wajib itu setahu saya adalah memberi nafkah.

      Hapus
    2. Kewajiban mencari NAFKAH tetaplah dipundak SUAMI. Walau jaman sudah modern dan era kesamaan HAK, peran Istri tetaplah difungsikan MEMBANTU saja, Bukan UTAMA dalam mencari NAFKAH.

      Hapus
  4. mbok Jum ini bener-bener deh yaaaah :)
    bijak banget sih ini :)

    bekerja karena..ehm kalo gak ngapa2in suka jadi bete dan stres sendiri sih bang...walopun kerjaanku hanya sebatas ngurus anak dan rumah doang, sekali2 nge blog :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau sudah kesehariannya mengerjakan sesuatu, maka diam adalah membosankan. Ngurus rumah ngurus anak itu juga bekerja tiada tara. Bahkan nangis pun bisa disebut kerja juga
      "Kamu itu lho, kerjanya nangis mulu."

      Hapus
  5. bekerja, satu kata beribu makna ya he

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, tergantung persepsi orang bagaimana menyikapi kerja itu

      Hapus
  6. Hmm....
    Kalau dulu memang makna kerja itu harus kelihatan kan ya. Padahal tak semua kerja ya harus kelihatan secara fisik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya benar, tidak semua bekerja itu harus kelihatan. Pandangan orang tentang bekerja ini masih harus dikembangkan agar tidak ada komentar miring tentang apa-apa yang telah didapatkan.

      Hapus
  7. Kirain tadinya Mbok Djum mau mengkampanyekan slogan Kerja, Kerja, Kerjaa...! :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau kampanye kerja bukan karena arahan pak presiden, tapi karena keharusan manusia untuk bekerja xixixixi

      Hapus
  8. Mbok Juuuuum... bijak sekali sih... hehehehe

    Klo ga kerja bisa stress dan hadir pikiran ga jelas *ini curcol teman yang ga kerja :D

    makanya jika ada kerjaan dikerjakan dengan baik dan sungguh2, iya ga Mbok Jum... hehehehe ;)

    salam buat Mbok Jum ya Mas :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Orang yang terbiasa kerja biasanya sudah terbentuk di otak akan terus bekerja. Bahkan kalau tidak kerja akan stress dan bingung sendiri.
      Kapan-kapan kalau ada waktu kita bareng2 mampir ke warung mbok Djum yuk

      Hapus
  9. Mbok Jum pandai sekali, mencitakan suasana yang komunikatif dengan para pelanggannya. Berdiskusi yang seru..!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbok Djum, sebagaimana biasanya, pualing pinter kalau untuk urusan memanjakan pelanggan. Obrolan yang mengalir selalu cerdas dan membuat berpikir panjang

      Hapus
  10. Mbok Djum ini ... beneran ada? Bukan tokoh fiktif, kan? Bijak sekali, cocoknya jadi konselor atau ustadzah tuh, bang. Jadi pengen kenalan sama beliau

    BalasHapus
    Balasan
    1. kapan-kapan akan saya sampaikan ke mbok Djum
      Pasti beliaunya senang

      Hapus
  11. ini mbok djum keren banget sih hehehe...
    kalo ngga kerja nggak bisa makan,nggak bisa bayar kos,nggak bis beli pulsa buat ngeblog,terus...kerja buat apa sih??masih nanya,hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nahahahaha .... kalau gak kerja gak bisa beli ini itu, trus kerja buat beli ini itu gitu ?! pasti ada purpose yang lain yang belum diungkap oleh mbok Djum

      Hapus
  12. Kerja kan gak harus menghasilkan duit ya? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin itu ya inti pertanyaan mbok Djum, apa yang kita cari dengan bekerja, Uang kah ...

      Hapus
  13. Mbok Djum, bikak warung menika ugi nyambut damel to?
    Kagem menapa mbok?

    Mas, kapan2 nulis artikel Basa Jawa dong :) kayaknya seru tuh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sayangnya saya belum berani "lancang" menanyakan hal tersebut. Bisa-bisa langsung disuruh ngurusi pawon sayanya hahaha

      Hapus
  14. wah menginspirasi banget nih mas ceritanya hehehehe btw, salam kenal ya

    BalasHapus

Ada komen, silahkan.
Mohon maaf jika tersandung Chapcha, setting saya sudah non-aktif tapi mungkin ini adalah kebijakan blogspot. Terima kasih